Cara Website Pemula

Custom Search

Kualitas Pendidikan yang Islami

Oleh Agus Asrul Sani

Memasuki abad 21 atau melenium ini dunia pendidikan dihadapkan kepada berbagai masalah pelik yang apabila tidak segera diatasi secara tepat, tidak mustahil didunia pendidikan akan di tinggal oleh pendidikan.
Kesadaran akan tampilnya dunia pendidiakan dalam memecahkan dan merespon berbagai berbagai tantangan baru yang timbul pada setiap jaman adaln suatu hal yang logis bahkan suatu keharusan.
Hal yang demikian dapat dimengerti dunia pendidikan merupakan salah satu peranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan masa depan umat manusia. Kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan manusia , merupakna kegagalan bagi kehidupan bangsa.

Dilihat dari sisi aktualisasinya, pendidikan merupan proses interaksi antara guru (pendidik)dengan peserta didik (Sisiwa) untuk mencapai tujuan –tujuan pendidikan yang ditentukan pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan ketiganya membentuk suatu triangle, yang jika hilang salahsatunya maka hilanglah hakekat pendidikan. Namun demikian dalam situasi tentu tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu oleh unsure lain seperti media tekniologi, tetapi tidak dapat digantikan.Mendidik adalah pekerjaann propesional oleh karena itu guru pelaku utama pendidikan merupakan pendidik propesioanal

Perenan sebagai pendidika propesional akhir-akhir ini mulai dipertanyakan eksistensinya secara pungsional. Hal ini antara lain disebabkan munculnya serangkaian ponemena para lulusan pendidikan yang secara moral cendrung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap untuk memasuki lapangan kerja.Jika penomena tersebut benar adanya maka baik langsung maupu tidak langsung akan terkait dengan peranan guru sebagai pendidik propesional.

Pembicaraan seputar islam dan pendidikan tetap menarik terutama dalam kaitannya dengan upaya membangun sumber budaya manusia muslim. Islam sebagia agama dan pandangan hidup yang di yakini mutlak kebenarannya akan memberikan arah dan landasan etis serta moral pendidikan dalam kaitan ini malik pajar mengatakan bahwa hubungan antara islam dengan pendidikan bagaikan dua sisi pengetahuan artinya, islam dan pendidikan mempunyai hubungan filosofis yang sangat mendasar baik secara ontologism ,epistomologis maupun aksiologis.

Namun demikan upaya menghubungkan islam dengan masalah pendidikan dan masalah lainnya, dalam peta pemikiran islam masih dijumpai adanya perdebatan yang hingga kini masih belum tuntas. Dalam konteks ini Munawir Sajali mengatakan bahwa dikalangan umat islam sampai sekarang terdapat tiga aliran yang sering menimbulkan kontropresi.
B. Pendekatan – pendekatan dalam pengelolaan kelas.

Pendekatan dalam pengelolaan kelas adalah pertinmbangan yang mendasar dan komperehensif yang melatar belakangi penggunaan teknik – teknik tertentu dalam pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas umumnya dedekati dari bidang pengetahuan psikologi,sosiologi, dinamika kelompok,,dan managemen. Pendekatan psikologispun masih dapat di pilah-pilah , misalnya psikologi behaviorisme,psikologi humanisme, psikologi social, dan psikologi komunikasi.

James coper dan kawan – kawan mengelompokan pendekatan dalam pengelolaan kelas menjadi tiga pendekatan, yaitu pendekatan modifikasi tingkah laku (behaviou modification ),pendekatan hubungan social emosional ( social emotional climate ),dan pendekatan proses kelompok ( group processes)

1.Pendekatan modifikasi prilaku
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behaviorisme. Asumsi yang mendasari pendekatan ini ialah behwa prilaku orang yang merupakan hasil proses belajar, mengulang yang menyenangkan, dan menghindari dari yang menyakitkan. Tugas guru adalah memodifikasi prilaku pelajar ke arah yang di harapkan .Teknik – teknik yang dapat di gunakan dalam pendekatan ini antara lain adalah penguatan poditif ( positive reinforcement ),penguatan negative ( Negative Reinforcement ), penghapusan (Extinctin ), pengalihan ( Redicaration ) dan hukuman.
Strategi dapat di artikan sebagai suatu garis – garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah di tentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa di artikan sebagai pola – pola umum kegiatan umum kegiatan guru – murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan.
Kalu diterapakan dalam konteks pendidikan, keempat strategi dasar tersebut bisa di terjemahkan menjadi:
 Mengidetifikasikan dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kpribadian peserta didik yang bagaimana yang di harapkan.
 Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
 Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang di anggap paling tepat, efektif, sehingga dapat di jadikan pegangan oleh par guru dalam menuanaikan kegiatan megajarnya.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat han harus di jadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya berhasil sesuai dengan yang di harapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diiinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang di lakukan itu. Dengan kata lain apa yang harus di jadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus di rumuskan secara jelas dan konkret sehingga mudah di pahami oleh peserta didik . perubahan prilaku dan kepribadian yang bagaiman yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi dapat membaca. Kalau sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar para siswa tidak mampu membaca atau menulis huruf Al-qur’an , setelah mengikuti belajar mengajar berubah menjadi mempu membaca atau menulis Al-qur’an, dari tidak bisa melaksanakan sholat, berubah menjadi dapat melaksankan sholat dan seterusnya. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut di lakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan – penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang di harapkan.
Kedua, memilih car pendekatan belajar mngajar yang di anggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaiman cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalm memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang di pelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan- kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma social seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatanya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian, konsep dan teori ekonomi tentang baik, benar atau adil ,tidak sama dengan baik,benar atau adil menurut pengertian, konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang di katakan baik, banar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan yang di gunakan terhadap kegiatan belajar mangajar.
Kosep belajar menurut teori asosiasi, tidak sama dengan konsep belajar menurut teori problem solving. Suatu topic tertentu di pelajari atau di bahas dengan cara menghafal, akan berbeda hasilnya kalau di pelajari atau di bahas dengan tekhnik diskusi atau seminar. Juga akan lain hasilnya andaikata topic yang sama di bahas dengan menggunakan kombinasi berbagai teori

Strategi dasar yang ketiga, adalah memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang di anggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah ,berbeda dengan cara atau supaya murid – murid terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu di pahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok di pakai untuk mencapai tujuan tertentu.jadi dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila beberapa tujuan ingini di peroleh , mak kita di tuntut untuk memiliki kemempuan tentang penggunaan berbagai metode atau mangkombinasikan beberapa metode yang releven. Cara penyajian yang satu mungkin lebih menekankan kepada peranan murid, sementara teknik penyajian yang lain lebih terfokus kepada peranan guru atau alat – alat pengajaran seperti buku, atau mesin computer misalnya. Ada pula metode yang lebih berhasil bila di pakai buat siswa dalam jumblah yang terbatas, atau cocok untuk mempelajari materi tertentu. Demikian juga bila kegiatan belajar mengajar itu berlangsung di dalam kelas,di perpustakaan, di laboratium, di mesjid atau di kebun, tentu metode yang di perlukan agar tujuan tercapai, untuk masing- masing tempat seperti di atas tidak sama. Tujuan instruksional yang ingini di capai itu tidak selalu tunggal, bisa jadi terdiri dari beberapa tujuan atau sasaran. Untuk itu guru membutuhkan variasi dalam penggunaan teknik penyajian supaya kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan.
Keempat, menetapkan norma- norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat di jadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas – tugas yang telah di lakukan. Suatu program baru bisa di ketahui keberhasilannya, setelah di lakukan evaluasi. System penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa di pisahkan dengan strategi dasar yang lain.

Sedangkan Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah di tinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas di maksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehinga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola “ di tambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu “management”, yang berarti ketalaksanaan, tata pimpinan,penelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto adalah pengandministrasian, pengaturan atau penataan.

Aktivitas guru saat mengajar di kelas dapat di pilah menjadi dua, yaitu mengelola pengajaran (aktivitas instruksional ) dan mengelola kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan materi,metode, media dan di akhiri dengan evaluasi. Sedangkan pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang memungkinkan pengelolalaan pengajaran dapat berlangsung dengan berhasil.

Dua aktivitas tersebut diatas pada dasarnya saling terkait satu sama lain. Artinya, aktivitas instruksional tidak mungkin berjalan tanpa memperhitungkan aktivitas non- instruksional di lakukan dalam rangka pelaksanaan aktivitas intruksional. Namun , itu tidak berarti bahwa masalah- masalah yang muncul dari masing – masing lantas di campur adukan. Masalah intruksional harus di pecahkan dengan cara- cara intruksional. Demikian pula maslah non –intruksional harus di pecahkan dengan cara –cara non intruksional. Pelajar yang sering mengganggu jalannya proses belajar mengajar, enggan masuk kelaskarena tidak di terima oleh kelompok, dan lain- lain di luar aktivitas intruksional merupakan masalah non instruksional. Tidak tepat kalau masalah – masalah tersebut di pecahkan dengan cara- cara intruksional seperti membuat pelajaran menjadi menarik dan mengurangi nilai rapot, tetapi hendaknya di pecahkan dengan pemahaman interaksi kelompok. Sebaliknya, apabila pelajar tidak tertarik pada pelajaran PAI, hendaknya masalah ini di pecahkan dengan menciptakan hubungan interpersonal yang lebih akrab, tetapi dengan mencari jalan agar penyajian pelajaran itu menjadi lebih mudah di cerna oleh pelajar.
Kita melihat terlebih dahulu kepada arti kata Hakekat itu sendiri yang secara etimologis yaitu terang, jelas, yakin inti dari sesuatu yang meskipun sifat-sifat yang melakat padanya dapat berubah-ubah namun intinya tersebut tetap lestari maka kita harus melihat kepada ilmu pendidikan itu sendiri yang akan dapat menjawab judul yang terdapat di cover makalah, yang pertama kita lihat adalah pada hakekat tujuan sebuah pendidikan agar tercapainya suatu hakekat pendidikan itu sendiri, dalam setiap usaha atau kegiatan tentu ada tujuan atau target sasaran yang akan di capai demikian juga dengan kegiatan/usaha pendidikan sengaja dilakuakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Oleh karena itu yang menjadi objek sebuah pendidikan adalah peserta didik atau murid dan tugas pendidikan adalah mempengaruhi pembentukan pribadi peserta didik itulah tujuan targer dari hakekat sebuah pembelajaran dan belajar, dengan demikian sebuah pendidikan dalam setiap rumusan dan kegiatan akan membentuk manusioa yang akan dicapai oleh kegiatan/usaha pendidikan yang diperani oleh seorang pendidik.
Adapun hasil atau out put yang didapat pada sebuah pendidikan adalah manusia yang mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada manusia yang memiliki kehidupan yang nyata, ada beberapa bagan yang sangat penting kita pahami barsama, seperti terlihat bagan dibawah ini :

Diagram tersebut diatas dapat kita kemukakan bahwa proses tranformasi dalam rangka menwujudkan tujuan hakekat sebuah belajar dan pembelajaran akan terlealisir melalui peran dan kerjasama dengan ketiga unsur yang sangat mendasar dalam sebuah pendidikan, dengan bebarapa keterangan sebagaimana barikut :
a. Raw Input adalah masukan mentah dalam hal ini unsure peserta didik atau anak murid dengan berbagai segala kondisinya seperti kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat mempengaruhi proses dan hasil dari pendidikan tersebut.
b. Instrumental Input adalah masukan seperti bebrapa unsure seperti pendidik (guru), bahan/materi, alat/metode, situasi peserta didik yang mampu mempengaruhi kualitas proses dan hasil pendidikan.
c. Inveronmental Input adalah masukan dari factor lingkungan anak didik seperti unsure pengaruh kondisi keluarga, masyarakat dan budaya yang dapat mempengaruhi kondisi psikologi anak dan imbasnya mempengaruhi proses kepada hasil dari pendidikan.

Dengan demikian dengan komponen-komponan yang telah kita jelaskan secara gelobal maka akan menemukan suatu titik yang mengarah kepada peran orang tua, sekolah dan masyarakat yang telah disebut oleh Ki Hajar Dewantara yaitu “Tri Pusat Pendidikan” dari ketiga pusat pendidikan yang dasar tersebut dapat kita lihat batapa pentingnya pengaruh tersebut, sebagai fungsi masing-masing serta peranannya pun perlu kita memahami seperti :
a. Fungsi keluarga
Menurut St.Vembriarto memiliki 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kegidupan dengan anak yaitu :
1) Fungsi biologis
2) Fungsi afeksi (hubungan social yang penuh kasih saying)
3) Fungsi sosialisasi dalam pembentukan karakteristik sianak didik.
4) Fungsi pendidik sebagai institusi pendidikan awal
5) Fungsi rekreasi sebagi tempat untuk memperoleh afeksi
6) Fungsi keagamaan sebagai institusi penanaman agama
7) Fungsi perlindungan terhadap anak didik
b. Fungsi sekolah
Fungsi sekolah pada umumnya adalah :
a) Mempertajam dan mencerdaskan intelek anak didik
b) Penyempurnaan dalam batasan tertentu pendidikan agama dan keluarga dan masyarakat
c) Sekolah juga sebagai pewaris dan pembudayaan sebagai agen pembaharuannya
d) Sebagai penghalus tingkah laku anak didik yang dibawa keluarganya
e) Sebagai tugas melayani bangsa dan pemerintah dalam mencerdaskan generasi yang akan dating
c. Fungsi masyarakat
Ada dua hal yang penting dalam pendidikan dalam bermasyarakat yaitu :
1) Memehami terlebih dahulu dari lingkungan keluarga dan masyarakat dan sekolah bukan dari segi tempatnya akan tetapi dari segi peranan orang-orang yang ada dilingkungan tersebut.
2) Melihat dari segi berbagai elemen yang ada dalam pendidikan orang tua dan orang-orang dewasa lain ikut berperan membimbing dalam pertumbuhan anak didik dengan kata lin perduli atau tidak.
Jadi pada dasarnya hakekat dalam belajar dan pembelajaran sudah tersusun rapi oleh undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional antara lain mengemukakan tentang pengertian dan tujuan pendidikan nasional dalam Pasal 1 ayat 1,2dan 3 yang pada intinya adalah tercapainya hakekat tujuan pendidikan yang ada di Negara Indonesia ini.

Tegasnya, kita perlu membangun masyarakat pembelajar, yang terutama belajar membagi tugas dan tanggung jawab untuk mendampingi kaum muda mengejar jati dirinya, jati diri komunitasnya, jati diri bangsanya, jati diri kemanusiaannya sebagai ciptaan Allah S.W.T. kita perlu membangun masyarakat pembelajar yang tidak lagi dan tidak akan pernah lagi membuang tunas-tunas bangsa ke lembaga-lembaga pengajaran pada versi Orde Baru, tetapi yang di dalam dan di luar institusi formal, sama-sama belajar di sekolah besar kehidupan.
Disanalah “Ketuhanan Yang Maha Esa” dihayati dan langsung diamalkan secara diam-diam, disanalah “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” diimplementasikan dan dipraktikan tanpa slogan-slogan, disanalah benang-benang “Persatuan Indonesia” kita jahit kembali dengan hati-hati dan dari hati ke hati, disanalah “Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat dan Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakiln” kita jalankan setulus hati dengan belajar untuk saling mengerti, saling menyepakati, mengakui kesalahan, dan mengampuni tanpa dendam, disanalah “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” kita demonstrasikan dengan sikap perduli, rendah hati, dan cinta dalm hidup sehari-hari.
Dan kemudian dengan mengamalkan Al-Qur’an dan Asunah yang menjadi pedoman dasar umat Islam maka hakekat belajar dan pembelajaran yang sangat penting adalah dalam mengenal ajaran-ajaran, perintah-perintah, serta larang-larang yang sudah ditentukan dengan jelas didalamnya yaitu ketinggian Daradjat manusia dengan kecapaian kepada Mardhotillah.

Fungsi Media dan Manfa'atnya dalam Pembelajaran

Oleh Agus Asrul Sani

1. Fungsi Media Pembelajaran
Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Raharjo (1991) menyimpulkan beberapa pandangan tentang media, yaitu Gagne yang menempatkan media sebagai komponen sumber, mendefinisikan media sebagai “komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.” Briggs berpendapat bahwa media harus didukung sesuatu untuk mengkomunikasikan materi (pesan kurikuler) supaya terjadi proses belajar, yang mendefinisikan media sebagai wahana fisik yang mengandung materi instruksional. Wilbur Schramm mencermati pemanfaatan media sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, di mana ia mendefinisikan media sebagai teknologi pembawa informasi/pesan instruksional. Yusuf hadi Miarso memandang media secara luas/makro dalam sistem pendidikan sehingga mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.
Harsoyo (2002) menyatakan bahwa banyak orang membedakan pengertian media dan alat peraga. Namun tidak sedikit yang menggunakan kedua istilah itu secara bergantian untuk menunjuk alat atau benda yang sama (interchangeable). Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar. Pembahasan pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan untuk menyebut sumber atau hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan secara substansial.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:
memotivasi belajar peserta didik
memperjelas informasi/pesan pengajaran

memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting

memberi variasi pengajaran

memperjelas struktur pengajaran.
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.
2. Kemampuan media sebagai alat bantu kegiatan pembelajaran
Rahardjo (1991) Contohnya, (a) menghadirkan obyek langka: koleksi mata uang kuno, (b) konsep yang abstrak menjadi konkrit: pasar, bursa, (c) mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak: siaran radio atau televisi pendidikan, (d) menyajikan ulangan informasi secara benar dan taat asas tanpa pernah jemu: buku teks, modul, program video atau film pendidikan,. (e) memberikan suasana belajar yang santai, menarik, dan mengurangi formalitas.
Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingya visualisasi dan verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut “Kerucut pengalaman Edgar Dale” dikemukakan bahwa ada suatu kontinuum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan semakin abstrak (“go as low on the scale as you need to ensure learning, but go as high as you can for the most efficient learning”).
Raharjo (1991 menyatakan bahwa visualisasi mempermudah orang untuk memahami suatu pengertian. Sebuah pemeo mengatakan bahwa sebuah gambar “berbicara“ seribu kali dari yang dibicarakan melalui kata-kata (a picture is worth a thousand words). Hal ini tidaklah berlebihan karena sebuah durian “monthong” atau gambarnya akan lebih menjelaskan barangnya (atau pengertiannya) daripada definisi atau penjelasan dengan seribu kata kepada orang yang belum pernah mengenalnya. Salah satu dari sarana visual yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar tersebut adalah OHT atau “overhead transparency.“ Sarana visual seperti OHT ini bila digarap dengan baik dan benar. Di samping dapat mempermudah pemahaman konsep dan daya serap belajar siswa, juga membantu pengajar untuk menyajikan materi secara terarah, bersistem dan menarik sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Inilah manfaat yang harus dioptimalkan dalam pembuatan rancangan media seperti OHT ini.
3. Jenis-jenis media
Media cukup banyak macamnya, Raharjo (1991) menyatakan bahwa ada media yang hanya dapat dimanfaatkan bila ada alat untuk menampilkanya. Ada pula yang penggunaannya tergantung pada hadirnya seorang guru, tutor atau pembimbing (teacher independent). Media yang tidak harus tergantung pada hadirnya guru lazim tersebut media instruksional dan bersifat “self Contained”, maknanya: informasi belajar, contoh, tugas dan latihan serta umpanbalik yang diperlakukan telah diprogramkan secara terintegrasi.
Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pengajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar ekonomi dapat juga ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, media visual, media audio-visual, dan media serba neka.
1. Media Audio : radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon
2. Media Visual :
a. Media visual diam : foto, buku, ansiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai/slide, film rangkai (film stip) , transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta, dan globe.
b. Media visual gerak : film bisu
3. Media Audio-visual
a. Media audiovisual diam : televisi diam, slide dan suara, film rangkai dan suara , buku dan suara.
b. Media audiovisual gerak : video, CD, film rangkai dan suara, televisi, gambar dan suara.
4. Media Serba aneka :
a. Papan dan display : papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan magnetic, white board, mesin pangganda. b. Media tiga dimensi : realia, sampel, artifact, model, diorama, display.
c. Media teknik dramatisasi : drama, pantomim, bermain peran, demonstrasi, pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.
d. Sumber belajar pada masyarakat : kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.
e. Belajar terprogram
f. Komputer Media yang tidak memerlukan keahlian khusus misalnya :
Papan tulis / whiteboard
Transparansi ( OHT )
Bahan cetak ( buku, modul, handout )
Media yang memerlukan keahlian khusus :
Program audio visual
Program slide, Microsoft Powerpoint
Program internet

Yang tergantung hadirnya guru misalnya :
Papan tulis / whiteboard
Tansparansi (OHT )
Sedangkan yang tidak bergantung kehadiran guru misalnya :
Umumnya media rekam
Bahan belajar mandiri (dapat dipelajari tanpa guru/ pengajar )

4. Pemilihan Media
Tiap jenis media mempunyai karakteristik atau sifat-sifat khas tersendiri. Artinya mempunyai kelebihan dan kekurangan satu terhadap yang lain . Sifat-sifat yang biasanya dipakai untuk menentukan kesesuaian penggunaan atau pemilihan media ialah :

Jangkauan:
Beberapa media tertentu lebih sesuai untuk pengajaran individual misalnya buku teks, modul, program rekaman interaktif (audio, video, dan program computer). Jenis yang lain lebih sesuai untuk pengajaran kelompok di kelas, misalnya media proyeksi (OHT, Slide, Film) dan juga program rekaman (audio dan video). Ada juga yang lebih sesuai untuk pengajaran massal , misalnya program siaran ( radio, televisi, dan konferensi jarak jauh dengan audio).
Keluwesan :
Dari segi keluwesan, media ada yang praktis mudah dibawa kemana-mana , digunakan kapan saja, dan oleh siapa saja, misalnya media cetak seperti buku teks , modul , diktat , dll.

Ketergantungan Media :
Beberapa media tergantung pemakaianya pada sarana/fasilitas tertentu atau hadirnya seorang penyaji/guru.
Kendali / control :
Kadang-kadang dirasa perlu agar control belajar ada pada peserta didik sendiri ( pelajar individu), pada guru ( pelajaran klasikal ) , atau peralatan.
Atribut :
Penggunaan media juga dapat dirasakan pada kemampuanya memberikan rangsangan suara, visual, warna maupun gerak.
Biaya :
Alasan lain untuk menggunakan jenis media tertentu ialah karena murah biaya pengadaan atau pembuatanya .Media transparansi (OHT ) adalah sarana visual berupa huruf , lambang, gambar, grafis maupun gabungannya yang dibuat pada bahan tembus pandang atau transparan untuk diproyeksikan pada sebuah layar atau dinding dengan menggunakan alat yang disebut “overhead projector “ atau OHP. Sebagaimana halnya dengan semua jenis media proyeksi , OHT mempunyai kemampuan untuk membesarkan bayanganya di layar atau didinding sejauh kekuatan lensa dan sinar proyeksinya dapat mendukung . Oleh sebab itu , OHT sangat sesuai untuk kegiatan seminar, lokakarya, pengajaran maupun latihan yang melibatkan kelompok sasaran yang cukup besarnya sampai efektif 60 orang. Selebihnya mungkin perlu ditunjang dengan sarana “sound system“ yang memadai karena keterbatasan jangkauan suara pengajar. Untuk dapat menggarap maupun memanfaatkan media ini sebaiknya kita harus mengenal karakteristiksnya. Media OHT mempunyai kelebihan- kelebihan dan kelemahan- kelemahan yang harus diperhitungkan dalam perencanaannya.
5. Dampak perubahan media komunikasi pada media pembelajaran
Nasution (1987) menguraikan bahwa perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Hal ini diawali dari penemuan alat cetak oleh Guntenberg pada abad ke lima belas tentang buku yang ditulis yang melahirkan buku-buku cetakan. Penemuan fotografi mempercepat cara illustrasi. Lahirnya gambar hidup memungkinkan kita melihat dalam “slow motion“ apa yang dahulu tak pernah dapat kita amati dengan teliti . Rekaman memungkinkan kita mengulangi lagu-lagu yang dibawakan oleh orkes-orkes terkenal. Radio dan televisi menambah dimensi baru kepada media komunikasi . Video recorder memungkinkan kita merekam program TV yang dapat kita lihat kembali semua kita. Kemampuan membuat kertas secara masinal membawa revolusi dalam media komunikasi dengan penerbitan surat kabar dan majalah dalam jumlah jutaan rupiah tiap hari . Komputer membuka kesempatan yang tak terbatas untuk menyimpan data dan digunakan setiap waktu diperlukan.
Para pendidik segera melihat manfaat kemajuan dalam media komunikasi itu bagi pendidikan. Buku sampai sekarang masih memegang peranan yang penting sekali dan mungkin akan masih demikian halnya dalam waktu yang lama. Namun ada yang optimis yang meramalkan bahwa dalam waktu dekat semua aspek kurikulum akan di-komputer-kan .Memang kemampuan komputer sungguh luar biasa . Dalam sehelai nikel seluas 20 x 25 cm dapat disimpan isi perpustakaan yang terdiri atas 20.000 jilid . Namun ramalan bahwa seluruh kurikulum akan di-komputer-kan dalam waktu dekat rasanya masih terlampau optimis . Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1913 telah diramalkan bahwa buku-buku segera akan digantikan oleh gambar hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui pendengaran akan tetapi melalui penglihatan. Namun tak dapat disangkal faedah berbagai media komunikasi bagi pendidikan.
Ada yang berpendapat bahwa banyak dari apa yang diketahui anak pada zaman modern ini diperolehnya melalui radio, film, apalagi melalui televisi, jadi melalui media massa. Cara-cara untuk menyampaikan sesuatu melalui TV misalnya yang disajikan dengan bantuan para ahli media massa jauh lebih bermutu dari pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kelas .
Penggunaan alat media dalam pendidikan melalui dengan gerakan “audio-visual aids“ pada tahun 1920-an di Amerika Serikat. Sebagai “aids“ alat-alat itu dipandang sebagai pembantu guru dalam mengajar, sebagai ekstra atau tambahan yang dapat digunakan oleh guru bila dikehendakinya. Namun pada tahun 1960-an timbul pikiran baru tentang penggunaannya, yang dirintis oleh Skinner dengan penemuannya “ programmed instruction“ atau pengajaran berprograma. Dengan alat ini anak dapat belajar secara individual. Jadi alat ini bukan lagi sekedar alat bantuan tambahan akan tetapi sesuatu yang digunakan oleh anak dalam proses belajarnya. Belajar beprograma mempunyai pengaruh yang besar sekali pada perkembangan teknologi pebdidikan. Di Ameriks Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan di samping, guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi pendidikan dipandang sebagai pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi, teknik dan alat-alat pendidikan untuk memperbaiki proses belajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan yang sistematis terhadap pendidikan dan latihan, yakni sistematis dalam perumusan tujuan, analisis dan sintesis yang tajam tentang proses belajar mengajar. Teknologi pendidikan adalah pendekatan “problem solving“ tentang pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan mengajar itu.
Teknologi pendidikan bukanlah terutama mengenai alat audio-visual, komputer, dan internet. Walaupun alat audio-visual telah jauh perkembangannya, dalam kenyataan alat-alat ini masih terlampau sedikit dimanfaatkaan. Pengajaran masih banyak dilakuakan secara lisan tanpa alat audio-visual, komputer, internet walaupun tersedia. Dapat dirasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan resource-based learning “atau belajar dengan menghadap anak-anak langsung dengan berbagai sumber, seperti buku dalam perpustakaan, alat audio-visual, komputer, internet dan sumber lainya. Kesulitan juga akan dihadapi dalam pengadminitrasiannya. Ciri-ciri belajar berdasarkan sumber, diantaranya (1) Belajar berdasarkan sumber (BBS ) memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi pelajaran termasuk alat-alat audio visual dan memberikan kesempatan untuk merencanakan kegiatan belajar dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia . Ini tidak berarti bahwa pengajaran berbentuk ceramah ditiadakan. Ini berari bahwa dapat digunakan segala macam metode yang dianggap paling serasi untuk tujuan tertentu. (2) BBS (belajar berdasarkan sumber) berusaha memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber itu berupa sumber dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum, organisaisi, dan lain-lain bahan cetakan, perpustakaan, alat, audio-visual ,dan sebagainya. Mereka harus diajarkan teknik melakukan kerja-lapangan, menggunakan perpustakaan, buku referensi, komputer dan internet sehingga mereka lebih percaya akan diri sendiri dalam belajar .
Pada era sekarang ini muncul kebutuhan software yang dapat mempermudah dan merperindah tampiran presentasi dalam pengajaran. Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk program Microsoft Power Point yang merupakan salah satu dari paket Microsoft office. Pogram ini menyediakan banyak fasilitas untuk membuat suatu presentasi.

Cari Info lainnya di sini :

Gabung Yuk ...

Related Post :

Technology in Education from MagPortal.com