Cara Website Pemula

Custom Search

Kualitas Pendidikan yang Islami

Oleh Agus Asrul Sani

Memasuki abad 21 atau melenium ini dunia pendidikan dihadapkan kepada berbagai masalah pelik yang apabila tidak segera diatasi secara tepat, tidak mustahil didunia pendidikan akan di tinggal oleh pendidikan.
Kesadaran akan tampilnya dunia pendidiakan dalam memecahkan dan merespon berbagai berbagai tantangan baru yang timbul pada setiap jaman adaln suatu hal yang logis bahkan suatu keharusan.
Hal yang demikian dapat dimengerti dunia pendidikan merupakan salah satu peranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan masa depan umat manusia. Kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan manusia , merupakna kegagalan bagi kehidupan bangsa.

Dilihat dari sisi aktualisasinya, pendidikan merupan proses interaksi antara guru (pendidik)dengan peserta didik (Sisiwa) untuk mencapai tujuan –tujuan pendidikan yang ditentukan pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan ketiganya membentuk suatu triangle, yang jika hilang salahsatunya maka hilanglah hakekat pendidikan. Namun demikian dalam situasi tentu tugas guru dapat diwakilkan atau dibantu oleh unsure lain seperti media tekniologi, tetapi tidak dapat digantikan.Mendidik adalah pekerjaann propesional oleh karena itu guru pelaku utama pendidikan merupakan pendidik propesioanal

Perenan sebagai pendidika propesional akhir-akhir ini mulai dipertanyakan eksistensinya secara pungsional. Hal ini antara lain disebabkan munculnya serangkaian ponemena para lulusan pendidikan yang secara moral cendrung merosot dan secara intelektual akademik juga kurang siap untuk memasuki lapangan kerja.Jika penomena tersebut benar adanya maka baik langsung maupu tidak langsung akan terkait dengan peranan guru sebagai pendidik propesional.

Pembicaraan seputar islam dan pendidikan tetap menarik terutama dalam kaitannya dengan upaya membangun sumber budaya manusia muslim. Islam sebagia agama dan pandangan hidup yang di yakini mutlak kebenarannya akan memberikan arah dan landasan etis serta moral pendidikan dalam kaitan ini malik pajar mengatakan bahwa hubungan antara islam dengan pendidikan bagaikan dua sisi pengetahuan artinya, islam dan pendidikan mempunyai hubungan filosofis yang sangat mendasar baik secara ontologism ,epistomologis maupun aksiologis.

Namun demikan upaya menghubungkan islam dengan masalah pendidikan dan masalah lainnya, dalam peta pemikiran islam masih dijumpai adanya perdebatan yang hingga kini masih belum tuntas. Dalam konteks ini Munawir Sajali mengatakan bahwa dikalangan umat islam sampai sekarang terdapat tiga aliran yang sering menimbulkan kontropresi.
B. Pendekatan – pendekatan dalam pengelolaan kelas.

Pendekatan dalam pengelolaan kelas adalah pertinmbangan yang mendasar dan komperehensif yang melatar belakangi penggunaan teknik – teknik tertentu dalam pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas umumnya dedekati dari bidang pengetahuan psikologi,sosiologi, dinamika kelompok,,dan managemen. Pendekatan psikologispun masih dapat di pilah-pilah , misalnya psikologi behaviorisme,psikologi humanisme, psikologi social, dan psikologi komunikasi.

James coper dan kawan – kawan mengelompokan pendekatan dalam pengelolaan kelas menjadi tiga pendekatan, yaitu pendekatan modifikasi tingkah laku (behaviou modification ),pendekatan hubungan social emosional ( social emotional climate ),dan pendekatan proses kelompok ( group processes)

1.Pendekatan modifikasi prilaku
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behaviorisme. Asumsi yang mendasari pendekatan ini ialah behwa prilaku orang yang merupakan hasil proses belajar, mengulang yang menyenangkan, dan menghindari dari yang menyakitkan. Tugas guru adalah memodifikasi prilaku pelajar ke arah yang di harapkan .Teknik – teknik yang dapat di gunakan dalam pendekatan ini antara lain adalah penguatan poditif ( positive reinforcement ),penguatan negative ( Negative Reinforcement ), penghapusan (Extinctin ), pengalihan ( Redicaration ) dan hukuman.
Strategi dapat di artikan sebagai suatu garis – garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah di tentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa di artikan sebagai pola – pola umum kegiatan umum kegiatan guru – murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan.
Kalu diterapakan dalam konteks pendidikan, keempat strategi dasar tersebut bisa di terjemahkan menjadi:
 Mengidetifikasikan dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kpribadian peserta didik yang bagaimana yang di harapkan.
 Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
 Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang di anggap paling tepat, efektif, sehingga dapat di jadikan pegangan oleh par guru dalam menuanaikan kegiatan megajarnya.
Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat han harus di jadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar supaya berhasil sesuai dengan yang di harapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang diiinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang di lakukan itu. Dengan kata lain apa yang harus di jadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus di rumuskan secara jelas dan konkret sehingga mudah di pahami oleh peserta didik . perubahan prilaku dan kepribadian yang bagaiman yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi dapat membaca. Kalau sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar para siswa tidak mampu membaca atau menulis huruf Al-qur’an , setelah mengikuti belajar mengajar berubah menjadi mempu membaca atau menulis Al-qur’an, dari tidak bisa melaksanakan sholat, berubah menjadi dapat melaksankan sholat dan seterusnya. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut di lakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan – penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang di harapkan.
Kedua, memilih car pendekatan belajar mngajar yang di anggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaiman cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalm memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang di pelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan kesimpulan- kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma social seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatanya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian, konsep dan teori ekonomi tentang baik, benar atau adil ,tidak sama dengan baik,benar atau adil menurut pengertian, konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang di katakan baik, banar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan yang di gunakan terhadap kegiatan belajar mangajar.
Kosep belajar menurut teori asosiasi, tidak sama dengan konsep belajar menurut teori problem solving. Suatu topic tertentu di pelajari atau di bahas dengan cara menghafal, akan berbeda hasilnya kalau di pelajari atau di bahas dengan tekhnik diskusi atau seminar. Juga akan lain hasilnya andaikata topic yang sama di bahas dengan menggunakan kombinasi berbagai teori

Strategi dasar yang ketiga, adalah memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang di anggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah ,berbeda dengan cara atau supaya murid – murid terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu di pahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok di pakai untuk mencapai tujuan tertentu.jadi dengan sasaran yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila beberapa tujuan ingini di peroleh , mak kita di tuntut untuk memiliki kemempuan tentang penggunaan berbagai metode atau mangkombinasikan beberapa metode yang releven. Cara penyajian yang satu mungkin lebih menekankan kepada peranan murid, sementara teknik penyajian yang lain lebih terfokus kepada peranan guru atau alat – alat pengajaran seperti buku, atau mesin computer misalnya. Ada pula metode yang lebih berhasil bila di pakai buat siswa dalam jumblah yang terbatas, atau cocok untuk mempelajari materi tertentu. Demikian juga bila kegiatan belajar mengajar itu berlangsung di dalam kelas,di perpustakaan, di laboratium, di mesjid atau di kebun, tentu metode yang di perlukan agar tujuan tercapai, untuk masing- masing tempat seperti di atas tidak sama. Tujuan instruksional yang ingini di capai itu tidak selalu tunggal, bisa jadi terdiri dari beberapa tujuan atau sasaran. Untuk itu guru membutuhkan variasi dalam penggunaan teknik penyajian supaya kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan.
Keempat, menetapkan norma- norma atau criteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat di jadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas – tugas yang telah di lakukan. Suatu program baru bisa di ketahui keberhasilannya, setelah di lakukan evaluasi. System penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa di pisahkan dengan strategi dasar yang lain.

Sedangkan Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah di tinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas di maksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehinga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola “ di tambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu “management”, yang berarti ketalaksanaan, tata pimpinan,penelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto adalah pengandministrasian, pengaturan atau penataan.

Aktivitas guru saat mengajar di kelas dapat di pilah menjadi dua, yaitu mengelola pengajaran (aktivitas instruksional ) dan mengelola kegiatan mengajar itu sendiri yang melibatkan materi,metode, media dan di akhiri dengan evaluasi. Sedangkan pengelolaan kelas adalah usaha guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang memungkinkan pengelolalaan pengajaran dapat berlangsung dengan berhasil.

Dua aktivitas tersebut diatas pada dasarnya saling terkait satu sama lain. Artinya, aktivitas instruksional tidak mungkin berjalan tanpa memperhitungkan aktivitas non- instruksional di lakukan dalam rangka pelaksanaan aktivitas intruksional. Namun , itu tidak berarti bahwa masalah- masalah yang muncul dari masing – masing lantas di campur adukan. Masalah intruksional harus di pecahkan dengan cara- cara intruksional. Demikian pula maslah non –intruksional harus di pecahkan dengan cara –cara non intruksional. Pelajar yang sering mengganggu jalannya proses belajar mengajar, enggan masuk kelaskarena tidak di terima oleh kelompok, dan lain- lain di luar aktivitas intruksional merupakan masalah non instruksional. Tidak tepat kalau masalah – masalah tersebut di pecahkan dengan cara- cara intruksional seperti membuat pelajaran menjadi menarik dan mengurangi nilai rapot, tetapi hendaknya di pecahkan dengan pemahaman interaksi kelompok. Sebaliknya, apabila pelajar tidak tertarik pada pelajaran PAI, hendaknya masalah ini di pecahkan dengan menciptakan hubungan interpersonal yang lebih akrab, tetapi dengan mencari jalan agar penyajian pelajaran itu menjadi lebih mudah di cerna oleh pelajar.
Kita melihat terlebih dahulu kepada arti kata Hakekat itu sendiri yang secara etimologis yaitu terang, jelas, yakin inti dari sesuatu yang meskipun sifat-sifat yang melakat padanya dapat berubah-ubah namun intinya tersebut tetap lestari maka kita harus melihat kepada ilmu pendidikan itu sendiri yang akan dapat menjawab judul yang terdapat di cover makalah, yang pertama kita lihat adalah pada hakekat tujuan sebuah pendidikan agar tercapainya suatu hakekat pendidikan itu sendiri, dalam setiap usaha atau kegiatan tentu ada tujuan atau target sasaran yang akan di capai demikian juga dengan kegiatan/usaha pendidikan sengaja dilakuakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Oleh karena itu yang menjadi objek sebuah pendidikan adalah peserta didik atau murid dan tugas pendidikan adalah mempengaruhi pembentukan pribadi peserta didik itulah tujuan targer dari hakekat sebuah pembelajaran dan belajar, dengan demikian sebuah pendidikan dalam setiap rumusan dan kegiatan akan membentuk manusioa yang akan dicapai oleh kegiatan/usaha pendidikan yang diperani oleh seorang pendidik.
Adapun hasil atau out put yang didapat pada sebuah pendidikan adalah manusia yang mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada manusia yang memiliki kehidupan yang nyata, ada beberapa bagan yang sangat penting kita pahami barsama, seperti terlihat bagan dibawah ini :

Diagram tersebut diatas dapat kita kemukakan bahwa proses tranformasi dalam rangka menwujudkan tujuan hakekat sebuah belajar dan pembelajaran akan terlealisir melalui peran dan kerjasama dengan ketiga unsur yang sangat mendasar dalam sebuah pendidikan, dengan bebarapa keterangan sebagaimana barikut :
a. Raw Input adalah masukan mentah dalam hal ini unsure peserta didik atau anak murid dengan berbagai segala kondisinya seperti kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat mempengaruhi proses dan hasil dari pendidikan tersebut.
b. Instrumental Input adalah masukan seperti bebrapa unsure seperti pendidik (guru), bahan/materi, alat/metode, situasi peserta didik yang mampu mempengaruhi kualitas proses dan hasil pendidikan.
c. Inveronmental Input adalah masukan dari factor lingkungan anak didik seperti unsure pengaruh kondisi keluarga, masyarakat dan budaya yang dapat mempengaruhi kondisi psikologi anak dan imbasnya mempengaruhi proses kepada hasil dari pendidikan.

Dengan demikian dengan komponen-komponan yang telah kita jelaskan secara gelobal maka akan menemukan suatu titik yang mengarah kepada peran orang tua, sekolah dan masyarakat yang telah disebut oleh Ki Hajar Dewantara yaitu “Tri Pusat Pendidikan” dari ketiga pusat pendidikan yang dasar tersebut dapat kita lihat batapa pentingnya pengaruh tersebut, sebagai fungsi masing-masing serta peranannya pun perlu kita memahami seperti :
a. Fungsi keluarga
Menurut St.Vembriarto memiliki 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kegidupan dengan anak yaitu :
1) Fungsi biologis
2) Fungsi afeksi (hubungan social yang penuh kasih saying)
3) Fungsi sosialisasi dalam pembentukan karakteristik sianak didik.
4) Fungsi pendidik sebagai institusi pendidikan awal
5) Fungsi rekreasi sebagi tempat untuk memperoleh afeksi
6) Fungsi keagamaan sebagai institusi penanaman agama
7) Fungsi perlindungan terhadap anak didik
b. Fungsi sekolah
Fungsi sekolah pada umumnya adalah :
a) Mempertajam dan mencerdaskan intelek anak didik
b) Penyempurnaan dalam batasan tertentu pendidikan agama dan keluarga dan masyarakat
c) Sekolah juga sebagai pewaris dan pembudayaan sebagai agen pembaharuannya
d) Sebagai penghalus tingkah laku anak didik yang dibawa keluarganya
e) Sebagai tugas melayani bangsa dan pemerintah dalam mencerdaskan generasi yang akan dating
c. Fungsi masyarakat
Ada dua hal yang penting dalam pendidikan dalam bermasyarakat yaitu :
1) Memehami terlebih dahulu dari lingkungan keluarga dan masyarakat dan sekolah bukan dari segi tempatnya akan tetapi dari segi peranan orang-orang yang ada dilingkungan tersebut.
2) Melihat dari segi berbagai elemen yang ada dalam pendidikan orang tua dan orang-orang dewasa lain ikut berperan membimbing dalam pertumbuhan anak didik dengan kata lin perduli atau tidak.
Jadi pada dasarnya hakekat dalam belajar dan pembelajaran sudah tersusun rapi oleh undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional antara lain mengemukakan tentang pengertian dan tujuan pendidikan nasional dalam Pasal 1 ayat 1,2dan 3 yang pada intinya adalah tercapainya hakekat tujuan pendidikan yang ada di Negara Indonesia ini.

Tegasnya, kita perlu membangun masyarakat pembelajar, yang terutama belajar membagi tugas dan tanggung jawab untuk mendampingi kaum muda mengejar jati dirinya, jati diri komunitasnya, jati diri bangsanya, jati diri kemanusiaannya sebagai ciptaan Allah S.W.T. kita perlu membangun masyarakat pembelajar yang tidak lagi dan tidak akan pernah lagi membuang tunas-tunas bangsa ke lembaga-lembaga pengajaran pada versi Orde Baru, tetapi yang di dalam dan di luar institusi formal, sama-sama belajar di sekolah besar kehidupan.
Disanalah “Ketuhanan Yang Maha Esa” dihayati dan langsung diamalkan secara diam-diam, disanalah “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” diimplementasikan dan dipraktikan tanpa slogan-slogan, disanalah benang-benang “Persatuan Indonesia” kita jahit kembali dengan hati-hati dan dari hati ke hati, disanalah “Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat dan Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakiln” kita jalankan setulus hati dengan belajar untuk saling mengerti, saling menyepakati, mengakui kesalahan, dan mengampuni tanpa dendam, disanalah “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” kita demonstrasikan dengan sikap perduli, rendah hati, dan cinta dalm hidup sehari-hari.
Dan kemudian dengan mengamalkan Al-Qur’an dan Asunah yang menjadi pedoman dasar umat Islam maka hakekat belajar dan pembelajaran yang sangat penting adalah dalam mengenal ajaran-ajaran, perintah-perintah, serta larang-larang yang sudah ditentukan dengan jelas didalamnya yaitu ketinggian Daradjat manusia dengan kecapaian kepada Mardhotillah.

Cari Info lainnya di sini :

Gabung Yuk ...

Related Post :

Technology in Education from MagPortal.com