Cara Website Pemula

Custom Search

Tertidur

Oleh Agus Asrul Sani

Apakah kau sedang tertidur pulas
Bangunlah….!
Bangun dari tidur lelapmu

Apakah kau tidak ingat ……….
Hari ini sebagai penentuanmu
Ketentuan masa depan yang maju
berlari selangkah seribu

Bangunlah….. untuk berjuang
Citramu di pandang
Wibawamu di sanjung
Drajatmu di junjung

Perjuangan kali ini bukan lagi dengan bambu
Perjuangan kali ini bukan lagi dengan palu
Perjuangan kali ini bukan lagi dengan merecu
Akan tetapi perjuangan kali ini dengan ilmu

Adakah sadar negriku……
Perjuangan ilmu itu tiada henti
Bahkan detik pun terus melalui
Hingga kini……….

Hari kemarin mulai merintis
Hari ini terkikis
Hari esok akan habis
Lalu kita kan menangis

Majulah selangkah
Tertuju dengan arah
Layaknya anak panah
Yang mengarah pada amanah

Sadarkah kita dengan pengetahuan
Yang mempunyai tujuan
Belajar pun enggan
Bertanyalah kita untuk masa depan.

Sejarah Aliran Maturidiah

Oleh Agus Asrul Sani

Abu Mansyur Muhammad Ibnu Muhamad Ibnu Mahmud Al Maturidi Lahir di samarkhand pada pertengahan ke 2 dari abad 9 M dan meninggal pada tahun 944 M
Tidak banyak diketahui mengenai riwayat hidupnya ia adalah pengikut abu hanifah dan paham-paham teologinya banyak persamaannya dengan paham-paham yang dimajukan abu hanifah.
Sistem pemikiran teologi yang ditimbulkan Abu Mansyur termasuk kedalam golongan teologi Ahli sunnah yang dikenal dengan nama maturidiyah, Al Maturidi hidup dan di besarkan didalam pada masa pertengahan yang sangat tajam antara paham Mu’tajilah dan As’ariyah kehadirannya dalam belantika pemikiran kalam aqidah atau teologi bertujuan untuk mendekatkan perbedaan yang cukup tajam antara aliran Mu’tajilah dan As’ariyah secara garis besar perbedaan pandangan antara Mu’tajilah dan As’ariyah terpokus pada 4 persoalan :
1. Dapatkah Akal mengetahui adanya Tuhan
2. Dapatkah Akal mengetahui kewajiban beribadah kepada Tuhan
3. Dapatkah Akal mengetahui baik dan buruk
4. Dapatkah akal mengetahui kewajiban mengamalkan yang baik dan menjahui yang buruk
Dalam menjawab keempat persoalan diatas Mu’tajilah berpandangan semuanya dapat diketahui oleh akal menurutnya akal dapat mengetahui adanya Tuhan, mengetahui kewajiban beribadah kepada Tuhan, mengetahui baik dan buruk dan mengetahui kewajiban melaksanakan yang baik dan menjahui yang buruk, akal dalam pandangan Mu’tajilah kuat dan dominan.
Sementara itu di dalam pandangan As’ariyah akal dapat mengetahui suatu persoalan dari 4 persoalan empat diatas yaitu mengetahui adanya Tuhan, sedangakan mengenai kewajiban beribadah kepada Tuhan, mengetahui baik dan buruk serta kewajiban mengikuti yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Menurut pandangan As’ariyah hanya dapat diketahui melalui Wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada utusannya.

B. PEMBAGIAN GOLONGAN ALIRAN MATURIDIYAH
Ada dua golongan didalam Aliran Maturidiyah yaitu :
1. Golongan Samarkhand
Yang menjadi golongan ini adalah pengikut-pengikut Al-Maturidi sendiridan golongan ini cendrung ke arah paham Mu’tazilah, karna Maturidi sendiri sependapat dengan Mu’tazilah bahwa manusialah sebenarnya yang mewujudkan perbuatan-perbuatannya jika kita tinjau dari sini Maturidi menganut paham Qodariyah, dan ada beberapa paham-paham yang ditolak oleh Maturidi antara lain yang bertentangan dengan :
1. Tidak sepahamnya pendapat Mu’tazilah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu Makhluk.
2. Al Salah wa Al Aslah
3. Paham posisi menengah kaum Mu’tazilah
Untuk itu Al-Maturidi berpendapat bahwa Tuhan itu memiliki kewajiban kewajiban tertentu, dan dosa yang besar yang dilakukan orang muslim itu sendiri menurut Maturidi masih mukmin, dan Maturidi juga sepaham dengan Mu’tazilah bahwa soal al-wa’ad wa al-wa’id kelak itu pasti akan terjadi nanti dan Maturidi juga bertolak belakang dengan As’ariy yang menganggap bahwa Tuhan memiliki bentuk jasmani.
2. Golongan Bukhara
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu Al-Yusr Muhammad Al-Bazdawi.Dia merupakan pengikut Maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya.Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid Maturidi.Dari orang tuanya,Al-Bazdawi dapat menerima ajaran-ajaran Maturidi.Kemudian Al-Bazdawi dalam perkembangan pemikirannya,mempunyai salah seorang murid yaitu Najm Al-Din Muhammad Al-Nasafi dengan karyanya Al-‘Aqaidul Nasafiyah.
Dengan demikian,yang dimaksud golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi di dalam aliran Al-Maturidiah,yang mempunyai pendapat lebih dekat kepada pendapat-pendapat Al-Asy’ary.

C.Perbedaan sudut pandang antara Mu’tazilah dan As’ariyah
Mu’tazilah ini di beri kebebasan hidup seperti dalam pemerintahan Al-Mansyur atau pada permulaan pemerintahan Al Ma’mun di luar pemerintahan sendiri orang islam akan mendapatkan manfa’at dalam dunia berfikir bebas sejarah islam yang berlainan dari pada apa yang kita lihat pada sekarang ini, Mu’tazilah dapat kita umpamakan suatu kemerdekaan untuk berfikir, sedangkan aliran sunah adalah aliran yang melindungi islam dari dalam, maka akan sangat berbahagialah umat islam, jika mereka memeliki 2 gerakan, gerakan Mu’tazilah yang mendorong manusia kepada akal dan menggunakan fikiran sebagai lampu bagi manusia untuk menerangi perjuangan dihadapannya, melalui keterangan Mu’tazilah yang berlandaskan akal dan rasionalisme, karna banyak penyembah-penyembah berhala pada umat Yahudi dan Nasrani mulai berfikir ketika adanya suatu media alat berfikir paham aliran Mu’tazilah maka umat Yahudi dan Nasrani mengikuti cara pola berfikir aliran Mu’tazilah sehingga mereka menganggap bahwa itu semua adalah benar sehingga timbulah kaum orieantalis (Non muslim yang belajar islam dan untuk menghancurkan islam) pada saat itu.

Sebaliknya aliran As’ariyah menetapkan konsep keyakinannya sebagai berikut “Tidak ada sesuatu pun terjadi pada manusia pada kekuatan sendiri melainkan pada kehendak Allah SWT”, Tuhan berfirman “ Ia berbuat apa yang di kehendakinya” pernah tuhan menerangkan apa yang diucapkan Nabi Syu’eb tidak mungkin kembali ketempat itu kecuali dengan kehendak Allah Tuhan kami”.
Aliran As’ariy menerangkan juga bahwa paham-paham keyakinan Mu’tazilah itu sama dengan keyakinan majusi oleh karena itu Rosulullah pernah menamakan Mu’tazilah itu dengan nama majusi dengan umat ini.
Selaindari itu wajib diakuai dalam keyakinan, bahwa kalam Tuhan itu bukan makhluk, bahwa Tuhan tidak menjadikan sesuatu melainkan dengan mengatakan “Kun” (Jadilah ngakau), maka yang dikehendaki Tuhan “Fayakun” maka jadilah ia selanjutnya tidak mengakui adanya kejahatan dan kebajikan yang terjadi diatas bumi ini melainkan atas kehendak Tuhan segala sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan.
Tidak ada pencipta melainkan Allah, segala amal ibadah dijadikan dan ditentukan hanya untuk Allah sebagimana tersebut didalam Al-Qur’an “Dan Allah menjadikan Kamu dan apa yang kamu perbuat” .
Konsepsi tersebut mewajibkan kita beriman dengan Qodha dan Kadarnya baik buruknya, manis pahitnya semua dari Allah, dari kami mengakui bahwa Al-Qur’an itu Kalamullah bukan makhluk, barang siapa yang menyatakan Qur’an itu makhluk maka ia kafir kami berkeyakinan bahwasanya Allah aapat dilihat pada hari kiamat dengan mata, seperti melihat bulan purnama dapat dilihat oleh semua orang mukmin, sebagaimana tersebut didalam beberapa riwayat Nabi Muhammad SAW, sebaliknya dengan orang kafir tertutup matanya dalam melihat Tuhan, seperti Firman Allah dalam Al-Qur’an “Tidak, Mereka itu (kafir) ditutup matanya tidak dapat melihat Tuhan”.
Adapun pokok-pokok ajaran Asy’ariyah sebagai berikut :
a. Sifat Tuhan
Menurut ajaran Asy’ariyah Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an seperti Allah Menurut ajaran Asy’ariyah Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an seperti Allah mengetahui dengan “ilmu” berkuasa dengan Qodrat, hidup dengan Hayah (arab).
b. Perbuatan Manusia
Perbuatan Manusia menurut Asy’ariyah adalah diciptakan Tuhan, bukan diciptakan oelh manusia sendiri untuk mewujudkan seatu perbuatan, manusia membutuhkan dua daya, yaitu daya Tuhan dan daya manusia.
c. Prlaku dosa besar
Menurut Asy’ariyah bahwa orang yang berdosa besar masih tetap mukmin, dan soal dosa besarnya akan ditentukan kelak di akhirat. Sebagai contuh : Allah memberikan hukuman kepadanya dengan dimasukkannya kedalam siksaan api neraka sesuai dengan dosa yang dilakukannya kemudian setelah itu Allah memasukan mereka kedalam surga.
Kaum Mu’tazilah menentang kaum ajaran Asy’ariyah tidak menerima pendapat-pendapat diatas, bagi mereka orang yang berdosa besar bukan mengambil posisi diantara kedua posisi mukmin dan kafir yang dalam bahasa arabnya terkenal dengan istilah al-manzilah baina al manzilataini (posisi diantara dua posisi).

Cari Info lainnya di sini :

Gabung Yuk ...

Related Post :

Technology in Education from MagPortal.com