Cara Website Pemula

Custom Search

Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Oleh Agus Asrul Sani

Ada 5 (lima) hal yang akan dibahas dalam menelaah kurikulum; (1) pengertian; (2) cakupan telaah kurikulum; (3) peserta yang terlibat; (4) cara melakukan telaah kurikulum, dan (5) bahan / hal-hal yang diperlukan dalam menelaah kurikulum.

Pengertian
Usaha sekolah untuk mengkaji ulang kurikulum yang sudah ada dengan melihat tingkat pencapaian yang sudah terealisasi (dalam aspek-aspek yang terkait dengan kurikulum) dengan tujuan melakukan perbaikan kurikulum yang mengacu pada curriculum planning yang telah tercapai.

Cakupan Telaah Kurikulum
Dalam menelaah kurikulum, penelaah harus menekankan kepada 5 (lima) aspek kurikulum, tujuan, isi, metode pembelajaran, efektivitas, dan sistem evaluasi.

Peserta yang terlibat dalam menelaah kurikulum
Broad based participation (partisipasi yang luas) merupakan prinsip yang harus diterapkan dalam proses penelaahan kurikulum. Pihak-pihak yang perlu dilibatkan antara lain, kiai dan nyai, kepala madrasah, guru, santri, murid, wali santri / murid, alumni, pakar kurikulum, dan tokoh masyarakat.

Cara Menelaah Kurikulum
Beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam menelaah kurikulum, sebagai berikut:
• Melakukan identifikasi masalah
• Melakukan cross check antara kurikulum yang direncanakan (intended curriculum) dengan pelak-sanaan kurikulum (implemented curriculum).
• Identifikasi sebab dan alternatif pemecahan

Hal-hal yang diperlukan
Untuk menelaah kurikulum perlu disiapkan kurikulum yang diterapkan (implemented) madrasah di pesantren (sekolah). Selain itu perlu didatangkan pakar kuri¬kulum.


Definisi kurikulum
Menurut Dressel (1978) kurikulum adalah "an integrated system of teaching activities, study materials, and learning experiences based upon a well-defined set of objectives", (p 297). (Sebuah sistem yang terintegrasi dengan kegiatan pengajaran, materi pelajaran, dan pengalaman belajar yang berdasarkan pada tujuan yang jelas),
Caswel dan Campbell (1935) dalam buku Curricu¬lum Development, rnendefinisikan kurikulum ...to be composed of all the experiences children have under the guidance of teachers (kurikulum terdiri dari semua pengalaman yang dimiliki oleh murid di bawah bimbingan guru). Dengan denukian yang dimaksud dengan kurikulum sekolah atau madrasah di pesantren meliputi semua proses belajar mengajar, materi pelajaran (pengetahuan agama, pengetahuan umum) dan segala pengalaman yang dialami siswa selama tinggal di dalam pesantren. Termasuk pengalaman berorganisasi, dan pengalaman menjalankan kegiatan ekstrakurikuler.

Meminjam istilah populer di Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, kurikulum pesantren meliputi segala sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan santri selama belajar di pesantren. Dalam konteks kuri¬kulum berbasis civic education, hendaknya yang dide¬ngar, dilihat, dan dirasakan santri dalam kehidupan sehari-hari di pesantren harus menggambarkan nilai-nilai demokrasi.

Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
1. Prinsip relevansi
2. Prinsip fleksibelitas
3. Prinsip kontinuitas
4. Prinsip praktis
5. Prinsip efektivitas

Tujuan Kurikulum
Menurut Guskey (1985), tujuan pembelajaran haruslah berbentuk tujuan tingkahlaku (behavioral objective) yang menyatakan apa yang dapat dilakukan murid setelah mempelajari kandungan pelajaran. Apakah mereka dikehendaki mengingat kembali kan¬dungan yang telah diajarkan? Ataupun apakah mereka dikehendaki membuat aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian dengan kandungan itu?

Desain Kurikulum
Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan (Sukmadinata, 2004). Dalam desain kurikulum tergambar unsur-unsur kurikulum, hubungan antara satu unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaannya. Menurut Sukmadinata (2004) ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam desain kurikulum: Ketentuan-ketentuan bagaimana penggunaaan kuriku¬lum serta bagaimana mengadakan penyempurnaan-penyempurnaan berdasarkan masukan dari pengalaman. Kurikulum itu dievaluasi, bentuk desain dan sistem pelaksanaannya.

Pola Desain Kurikulum
1. Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.
2. Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa.
3. Problem centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dalam Islam.

B. Strategi pengembangan kurikulum
Strategi pengembangan kurikulum harus sejalan dan bersumber dari strategi pengembangan perguruan tinggi dan sekolah atau pun madrasah.. Inti strategi pengem¬bangan adalah penanganan secara berencana dan bersamaan: (1) perubahan menuju sistem pendidikan nasional yang digariskan, (2) proses meningkatkan kemampuan untuk mencapai hasil karya yang lebih baik, dan (3) proses pertumbuhan untuk mampu menghadapi tantangan-tantangan yang meningkat setiap tahunnya.
Dasar untuk, menentukan, strategi pengembangan adalah sebagai berikut.:
1) Kepentingan masyarakat, yaitu kemampuan berkarya dan ke¬mampuan untuk tumbuh memenuhi kebutuhan;
2) Sistem pendidikan sebagai alat untuk mencapai kemampuan
berkarya dan kemampuan untuk tumbuh.
Kebijaksanaan yang ditempuh untuk menentukan strategi pengem¬bangan, terdiri atas: (1) melaksanakan langkah-langkah perbaikan sistem pendidikan tinggi yang sekarang berlaku dan (2) melaksanakan usaha-usaha ke arah pengembangan sistem pendidikan tinggi sekarang menuju ke sistem pendidikan tinggi dan sekolah yang lebih baik dilihat dari segi kepentingan bangsa sesuai dengan perkembangan sekarang dan masa mendatang.
Inti, dasar, dan kebijaksanaan tersebut juga melandasi strategi pengembangan kurikulum pendidikan sekolah perguruan tinggi dengan pemusatan pada komponen-komponen sebagaimana berikut.:
Pertama: Kebutuhan yang mendasari pengembangan kuri¬kulum, yang meliputi kebutuhan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan pembangunan (masyarakat), dan ke¬butuhan subjek didik (mahasiswa, siswa, santri). Kebutuhan iptek meliputi kelompok profesi nonkependidikan dan kelompok profesi kependidikan yang masing-masing mencakup keahlian materi, akademik dan keahlian profesional. Kebutuhan pembangunan terutama ditujukan kepada aspek tenaga kerja yang sesuai dengan tuntutan pembangunan, sedangkan kebutuhan subjek didik (siswa, saantri, mahasiswa) adalah kebutuhan yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Kedua: Sistem dan prosedur pengembangan kurikulum yang meliputi pengembangan struktur dan isi kurikulum serta pengem¬bangan desain sistem instruksional. Prosedur pengembangan yang diharapkan adalah yang berdasarkan pendekatan sistemik dan pendekatan kompetensi, yang meliputi aspek atau komponen analisis tugas, identifikasi kemampuan, kebutuhan latihan peng¬alaman belajar, tujuan kurikuler, isi paket program, kriteria keber-hasilan, strategi belajar-mengajar, strategi bimbingan, pelaksanaan kurikulum, prosedur evaluasi, pengelolaan kurikulum, umpan balikan, dan komponen penyesuaian dan perbaikan.
Desain instruksional mencakup tujuan instruksional, perilaku awal, prosedur instruksional (tatap muka, berstruktur tak terjadwal, belajar mandiri, praktikum, seminar, kapita selekta, program pengalaman lapangan, dan sebagainya), prosedur evaluasi hasil belajar dan umpan balikan. Sistem kredit semester dan CBSA menjadi perhatian dalarn komponen ini sesuai dengan ke-tentuan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Ketiga: Sistem penunjang pengembangan kurikulum yang terdiri atas unsur fasilitas dan perlengkapan, kemampuan tenaga pengajar, dan tersedianya pembiayaan pendidikan tinggi.
Kelengkapan dan kualitas fasilitas dan perlengkapan untuk melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum harus mendapat perhatian karena hal itu membantu memperlancar kegiatan dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan tim pengembang kurikulum. Di samping itu, terciptanya suasana kerja yang menyenangkan akan memberikan motivasi kerja yang tinggi sehingga tercapainya dan dihasilkannya kurikulum yang lebih bermutu mendapat peluang yang lebih besar. Kemampuan tenaga pengajar dan khususnya kemampuan tenaga tim pengembang kurikulum merupakan syarat pokok untuk menghasilkan kurikulum yang bermutu baik. Kemampuan tenaga pengajar terutama berkenaan dengan kemampuan profesional, sedangkan kemampuan tim pengembang terutama berkenaan dengan kemampuan dalam evaluasi dan perbaikan kurikulum.
Unsur tersedianya pembiayaan untuk mengembangkan kuri¬kulum memegang peranan yang penting sebab bertalian dengan biaya untuk tenaga pengembang, biaya untuk perlengkapan administrasi, biaya uji coba, dan sebagainya. Sumber biaya ini diperkirakan berasal dari biaya dari pemerintah, biaya dari siswa, santri dan mahasiswa, biaya dari sumbangan orang tua mereka, serta biaya sumbangan pihak swasta, bahkan bantuan luar negeri tidak mustahil dapat digali dan diusahakan melalui kerja sama dengan pihak donor dan sebagainya.
Unsur waktu relatif memegang peranan dalam melaksana¬kan kegiatan pengembangan kurikulum. Sering hal ini menjadi hambatan karena berbenturan dengan kesempatan dan waktu yang tersedia pada pihak tenaga pengembang pendekatan pengembangan paket kurikulum dalam rangka pengembangan paket kurikulum perlu diperhatikan prosedur umum sebagaimana berikut.:
1) Sesuai dengan konsep keterpaduan dalam wawasan almamater, pada hakikatnya kurikulum perguruan sekolah / madrasah / tinggi memiliki dan harus dipertimbangkan dari tiga dimensi. Ketiga dimensi itu, ialah dimensi Tridharma Perguruan Tinggi, dimensi Trikarma Perguruan tinggi, dan dimensi Trikarya Perguruan Tinggi atau motto dan pabca jiwa pondok yang satu sama lain terpadu dan terpusat pada paket kurikulum itu sendiri.

C. Kurikulum yang baik untuk civic education
Kurikulum yang baik untuk Civic education mempunyai ciri-ciri berikut:
1. la haruslah terstuktur (structured curriculum). Maksudnya perkara-perkara yang perlu dipelajari haruslah berstruktur supaya terdapat hubungan antara ide dan konsep dalam suatu mata pelajaran. Kurikulum yang terstruktur membolehkan murid belajar dengan lebih mudah dan ia juga membantu mereka memahami sesuatu perkara dengan lebih mendalam.
2. la haruslah terdiri dari unit-unit pembelajaran. Hal-hal yang perlu dipelajari haruslah dipecahkan kepada unit-unit pembelajaran (atau topik-topik) mengikut satu susunan atau hierarki dan mempu¬nyai kesinambungan. Unit pembelajaran pertama haruslah dikuasai sebelum unit pembelajaran yang berikutnyai
3. Setiap unit pembelajaran mempunyai tujuan-tujuan pembelajaran dan kandungan: Setiap unit pembelajaran haruslah mengandungi kandungan dan tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan-tujuan pembelajaran adalah penting karena ia: a) menyatakan apa yang perlu dikuasai oleh murid;

b) membantu guru dalam menggunakan ber-bagai pendekatan mengajar dan alat bantu mengajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut;
c) membantu guru dalam membina ujian untuk menentukan hal-hal yang sudah dan belum dikuasai.

Metode Pengajaran
Civic education memerlukan master of teaching. Menurut J. A- Laska (1985) mastery teaching memiliki dua prinsip:
pertama, guru mestilah bersedia dan diberi kesempatan secukupnya untuk membantu murid belajar menguasai kemahiran yang diharapkan dari padanya.kerajinan, tujuan pembelajaran mestilah jelas dan sesuatu yang dapat dicapai murid. Keberhasilan civic education dalam situasi pembelajaran amat bergantung kepada peranan guru dan pendekatan pengajaran. Menurut Benjamin F. Bloom (1968) pengajaran yang efektif terdiri dari langkah-langkah tertentu dan terurutan seperti berikut:
1. Tentukan tujuan pembelajaran.
2. Sediakan pertanyaan untuk mengukur pemaham-an murid terhadap materi yang diajarkan.
3. Pastikan tujuan pembelajaran telah dipahami murid.
4. Mengajar dengan melibatkan pelajar secara aktif.
5. Sekiranya semua atau hampir semua murid telah mencapai tahap prestasi yang dikehendaki, barulah unit berikut akan diajarkan.

Dalam memilih metode pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal:
1. Apakah metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?
2. Apakah metode/teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehinga dapat melayani perbedaan individual murid?

3. Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?
4. Apakah metode/teknik tersebut dapat men-ciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kog-nitif, afektif, dan psikomotor?
5. Apakah metode/teknik tersebut lebihmeng-aktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau ke-dua-duanya?
6. Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
7. Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di pesantren dan di masyarakat?
8. Untuk belajar ketrampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan "learning by doing" di samping "learning by seeing and knowing".
Implikasi civic education terhadap pedagogi
Civic education memiliki implikasi terhadap teori dan praktek pedagogi di sekolah. Civic education menuntut perubahan yang perlu dilakukan guru dari segi strategi pengajaran dan pernbelajaran untuk mernastikan civic education dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut ini adalah beberapa implikasi civic education terhadap pedagogi:
1. Guru perlu yakin terhadap kemampuan belajar murid
2. Menyediakan peluang belajar yang seimbang
3. Membuat strategi dan aktivitas pengajaran dan pernbelajaran yang bervariasi
4. Menyediakan bahan pengajaran dan pernbelajaran yang bervariasi
5. Waktu mengatur kegiatan di dalam kelas
6. Membuat dan memilih bahan-bahan ujian

Learning facilities
Proses belajar-mengajar yang baik perlu didukung penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat.
1. Alat/media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat terse-but tidak ada apa penggantinya?
2. Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya mem-perhatikan: bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatannya?
3. Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
4. Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruh-an kegiatan belajar?
5. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggu-nakan multi media.

Peranan guru dan murid
Dalam Civic education, peranan guru adalah sebagai pemimpin, pengajar, dan fasilitator pembelajaran. Pembelajaran adalah satu usaha melalui kerjasama di mana murid dan guru bersama-sama bertujuan menguasai apa yang hendak dipelajari. Dalam Civic education, murid perlu belajar dan bukan bertanding di antara satu sarna lain. Ini dapat dilakukan melalui pembelajaran bekerjsama (cooperative learning) dan pembelajaran sebaya (peer group learning). Murid harus diberi latihan dalam kemahiran belajar seperti kemahiran mengenal secara pasti informasi yang dikehendaki, mengumpul informasi, rnemproses informasi, dan mengungkapkan kembali informasi. Tujuan kemahiran belajar agar murid menjadi pelajar berdikari karena pada akhirnya, muridlah yang rjarus belajar untuk menguasai suatu perkara.

Hakikat evaluasi
Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar. Tanpa evaluasi proses belajar mengajar sulit untuk diukur tingkat keberhasilannya. Evaluation is a basis of decision making and change (Dressel) (Evaluasi adalah fdasar untuk membuat keputusan dan perubahan).

Tujuan evaluasi
1) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
2) Untuk memahami kekuatan dan kelemahan guru apakah materi pengajaran dan pendekatan yang dilaukan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
3) Untuk rnengukur efektivitas program pembela-jaran yang telah dilaksanakan guru.

Aspek yang dievaluasi
1) Tujuan/kornpetensi lulusan
2) Proses/metode pembelajaran
3) Pencapaian indikator

Peranan evaluasi dalam kurikulurn
1) Evaluasi sebagai moral judgment: hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya.
2) Evaluasi dan penentuan keputusan: siapa peng-ambil keputusan dalam pelaksanaan kurikulum? Pengambil keputusan terdiri dari banyak unsur, guru, murid, orang tua, kepala madrasah, pengem-bang kurikulum, dan tokoh masyarakat.
3) Evaluasi dan konsensus nilai: pelaksanaan evaluasi kurikulum harus menggambarkan nilai-nilai yang dapat dijadikan konsensus pihak-pihak yang terlibat: orang tua, santri, guru, pengembang kurikulum, administrator, dan tokoh masyarakat.

Pelaksana evaluasi
Pelaksana evaluasi kurikulum madrasah di pesan-tren adalah Kepala Madrasah dan guru.

Alat evaluasi
Untuk mengevaluasi proses/metode pembela¬jaran, evaluator (Kamad dan guru) menggunakan check list yang mengacu pada democratic learning.


D.Teknologi dalam pengembangan kurikulum
Praktek lama dalam pengembangan bahan-bahan kurikulumlebih merupakan seni dan kebijakan ketimbang teknologi. Pengembangan kurikulum telah merupakan suatu jawaban bagi beberapa nilai umum ide-ide yang penting, problema, atau keahlian di sekitar masa isi dan aktivitas nilai-nilai umum itu dapat diorganisasi. Kriteria baru bagi pembuatan kurikulum teknologis baru -baru ini saja diterima sebagai penuntun ke arah praktek. Kriteria ini adalah:
(1) prosedur pengembangan yang digunakan sebaiknyu ditinjau kembali dan dilakukan oleh para pengembang lainnya,
(2) produk-produk teknologi yang dikembangkan itu hendaknya disesuaikan dengan model-model yang dapat diulang-ulang pemakaiannya, dan sebaiknya dapat membuahkan hasil-hasil yang sama.
Akan tetapi, jantung revolusi teknologi kurikulum adalah keyakinan bahwa bahan-bahan kurikulum itu sendiri, yang bila digunakan oleh para pelajar, akan menghasilkan pelajar yang berkompetensi spesifik. Keyakinan ini merupakan suatu kemajuan yang besar melebihi keyakinan bahwa bahan-bahan kurikulum hanya merupakan sumber-sumber yang bisa atau tak bisa digunakan atau berpengaruh dalam suatu situasi tertentu. Perubahan-perubahan konsep ini dapat dihhat dari dua sisi yang berbeda sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.
Konsep-konsep ahli teknologi pendidikan ini mendapat tanggapan dari para pembuat (prosedur) bahan-bahan kurikulum dan para penerbit. Dan pada umumnya mereka sependapat dengan ahli teknologi kurikulum bahwa para guru perlu dibantu dalam menentukan bahan-bahan baru dan asing yang paling cocok untuk dipilih. Mereka juga membuang prasangka yang negatif atas peranan pemerintah dan swasta, dan mengakui pentingnya peranan pemerintah dan swasta dalam pendidikan, perhatikanlah bagan di bawah ini :




KRATERIA LAMA KRATERIA BARU
Apakah penulis memiliki reputasi profesional?

Apakah bahan-bahan itu didasarkan atas prinsip pedagogik? Apakah mereka konsisten dengan nasihat yang ditetapkan untuk pengajaran dan praktek? Apakah isi pelajaran itu akan memperluas pandangan anak tentang dunia ini?


Apakah seleksi-seleksi diatur ber-dasarkan tingkatan untuk memuas-kan kebutuhan dan minat anak didik seolah mereka sudah matang (dewasa)?

Apakah bagian depan dan lebarnya yang diambil sebagai tipe (model), panjang dan garis serta ruang pemi-sah sesuai dengan kematangan anak didik pada tiap-tiap tingkat?

Bagaimana baiknya bimbingan guru diorganisasi? Apakah hal ini mudah dilaksanakan?
Di mana dan sudah seberapa eks-tensifkah bahan-bahan itu dicoba-kan?

Apakah tnformasi mengenai ba-nyaknya siswa yang memulai dan melengkapi bahan-bahan tersedia? Apakah informasi itu member! tahu-kan tentang berapa banyaknya waktu yang diperlukan o!eh siswa yang ber¬beda kemampuan dalam menyerap bahan-bahan iiu dan dalam hasil belajarnya?

Apakah bahan-bahan itu merinci karakteristik siswa yang antusias yang mencakup banyaknya syarat mutlak?


Apakah bahan-bahan yang sedang direvisi dimaksudkan untuk me-nunjukkan hasil percobaan? Berapa banyak respons siswa yang diguna¬kan dalam merevisi bahan-bahan itu?

Bagaimara siswa belajar merinci ke-cakapan (skill) secara efektif? Apakah criterion-referenced test memper-lihatkan hasil yang diperoleh siswa?










Penerbit-penerbit buku teks membenarkan bahwa mereka lebih suka bahan-bahan didesain dan dievaluasi secara intuitif ketimbang secara sistematis, dan mereka mengharapkan agar intuisi-intuisi itu tidak selalu berubah-ubah, baik dalam isi maupun dalam strategi pengajarannya, karena hal ini akan merumitkan proses pendesainan program dan bahan-bahan pelajaran. Ada sebuah penerbit yang menganjurkan suatu mode pragmatis, yaitu dengan cara menyiapkan bahan-bahan yang produktif di ruang kelas secara intuitif, kemudian kita dengarkan komerrtar pemakai bahan-bahan ini, dan kita pertimbangkan masukan-masukan atau pengalaman dari guru dalam revisi atau penerbitan berikutnya.
Masalah yang timbul sekarang, yang menjadi pertanyaan penerbit, ialah: Siapa yang akan melakukan tes lapangan (field testing): biro pengerabang kurikulum atau biro lain? Teknik sampel apa yang paling cocok dipakai? Apakah perlu ditarik biaya dari sekolah untuk membantu pembiayaan percobaan dan revisi yang mahal ini? Apakah perlu menerbitkan data yang lengkap atau hanya saran-saran yang positif saja?
Suatu lembaga yang tidak mengejar laba, Educational Products Information Exchange Institute (EPIE), yaitu suatu lembaga pendidikan yang bergerak dalam bidang pertukaran produk-produk informasi kependidikan, telah mencoba mengadakan studi kelayakan yang netral, penggunaan dan keefektifan bahan-bahan, peralatan, dan sistem kependidikan. Catatan EPIE ini cenderung besifat deskriptif. Mereka menunjukkan efek-efek dari bahan-bahan dilihat dari waktu guru, biaya, dan staffing, serta rnenerangkan asumsi pokok atau landasan filosofi bahan-bahan itu.
Mereka juga menyelidiki sejauh mana pelajar memeriksa baik-buruknya bahan-bahan itu. Demikian pula di Universitas Miami telah didirikan suatu lembaga, National Center for The Evaluation of Educational Materials, yang bergerak dalam memberi bimbingan dan evaluasi keefektifan bahan-bahan kurikulum. Eva Baker dalam laporan pertanggung jawabannya tentang riset dan juga pengembangan pengajaran individual kepada pemerintah federal AS yang membantu membiayai proyek ini menunjukkan bahwa usaha-usaha yang lebih ekstrinsik (sambilan) dibuat untuk merumuskan suatu produk, yakni suatu program keterampiian (skill), keputusan untuk mengutamakan pelajaran membaca merupakan suatu keputusan yang bijaksana.
Dan setelah hal ini dilakukan jenis aktivitas yang bersifat mengembangkan di bawah ini baik untuk dilaksanakan:
a) Buat keputusan mengenai isi kurikulum (misalnya, dalam pelajaran bahasa, rinci sumber-sumber dan alat-alat yang diperlukan, atau siapkan daftar-daftar kata baru).
b) Tetapkan secara urnum untuk apa bahan-bahan itu dipakai (misalnya, bahan-bahan itu diputuskan untuk gambar buku-buku cerita guna memudahkan rnereka memahami bacaan itu).
c) Usahakan mengadakan percobaan ringkas tentang bagian-bagian, modifikasi dalam pcmilihan kata-kata, format buku, dan tipografinya.
d) Kembangkan bahan-bahan pendukung yang bersifat mendidik, seperti permainan, urutan praktek (mengerjakan sesuatu), ataurencana pelajaran. Selama tahapan ini buat tujuan yang spesifik (TIK), cobakan bahan-bahan itu pada kelompok-kelompok kecil, dan periksa kembali kalau-kalau ada hal-hal yang perlu diperbaiki.
e) Mulailah percobaan lapangan dengan rnemberi guru latihan yang sederhana, yang diikuti dengan observasi prosedur yang berlaku dalam kelas dan adakan wawancara untuk memperoleh komentar guru, i Komentar guru dan hasil-hasil criterion test sementara, dapat dijadikan basis dalam revisi.
Berdasarkan dengan langkah-langkah tersebut di atas, pembagian lain dari mengadakan suatu riset analitik dalam psikoliguistik untuk menetapkan apa yang perlu diperbaiki dalam isi struktur kata dan bahasa itu. Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui efek-efek dari mode-mode dan ilustrasi respons-respons yang berbeda-beda.







E. Kesimpulan
Pembaharuan di dunia pendidikan dan pengajaran seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Semakin canggih sarana yang ada seharusnya semakin tinggi pula mutu yang dihasilkannya. Tidak terkecuali di dunia pendidikan dan pengajaran.
Pembaharuan yang efektif di dunia pendidikan dan pengajaran ini haruslah dilandasi atas pemahaman dan pengetahuan yang memadai mengenai ilmu yang sebelumnya. Artinya, pembaharuan bermakna apabila berkelanjutan, selaras de¬ngan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Fungsi pembaharuan bukanlah sekadar meningkatkan mutu, tetapi juga dapat memanfaatkan kemajuan teknologi demi kemajuan masyarakat. Dunia pendidikan dan pengajaran haruslah mampu membentukdan menghasilkan manusia yang utuh dan berkualitas, untuk menjawab tantangan zaman.
Orang tua yang memiliki wawasan luas akan menganggap upaya pembaha¬ruan di dunia pendidikan dan pengajaran sebagai sesuatu yang mutlak mengingat keperluan setiap generasi selalu berubah-ubah. Komponen pengajaran yang berkaitan dengan kurikulum, program dan fasilitas memang penting, tetapi yang lebih penting lagi ialah komponen guru yang siap dan terlatih untuk melaksanakan pembaharuan itu. Dalam makalah ini disajikan pelbagai metode yang dapat digunakan sebagai masukan guru, calon guru, orangtua, para peminat untuk berperan serta dalam Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, karena pembaharuan itu sendiri tidak dapat terjadi dengan sendirinya.Untuk itu harus ada yang menjadi sebuah pembaharu yaitu kita.

0 komentar:

Cari Info lainnya di sini :

Gabung Yuk ...

Related Post :

Technology in Education from MagPortal.com