Cara Website Pemula

Custom Search

Dasar Pendidikan Islam

Oleh Agus Asrul Sani

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri. la merupakan pencerminan filsafat hidup suatu bangsa. Berdasarkan kepada dasar itulah pendidikan suatu bangsa disusun. Dan oleh karena itu maka sistem pendidikan setiap bangsa itu berbeda karena mereka mempunyai falsafah hidup yang berbeda.
Dasar pendidikan di Malaysia misalnya, diasaskan kepada prinsip-prinsip Rukun-negara, karena Rukun-negara adalah merupakan filsafat hidup bangsa Malaysia. Prinsip-prinsip Rukun-negara itu ialah seperti berikut:
1) Kepercayaan kepada Tuhan
2) Kesetian kepada Raja dan Negara
3) Keluhuran perkembangan
4) Kedaulatan Undang-undang
5) Kesopanan dan kesusilaan.

Begitu pula di negara Pakistan, sesuai dengan tujuan pembentukannya sebagai, negara Islam, dasar pendidikannya adalah Islam, sebagaimana diputuskan oleh konfrensi pendidikan yang diadakan oleh menteri Pendidikan Pakistan pada bulan Nopember 1947. Konfrensi itu memutuskan beberapa prinsip yang berbubungan dengan dasar pendidikan di negara Pakistan sebagai berikut:
(1) Education should bebased on the Islamic conception of universal brother¬hood of man, social democraq and social justice.
(2) It should be compulsery for students to learn the fundamental principle to their religion.
(3) There should be proper integration of spiritual, sosial and vocational ele
ments in education.

Dari contoh yang tersebut diatas jelas menunjukan bahwa dasar pendidika sebudi negara adalah disesuaikan dengan filsafat hidup bangsa yang be sangkutan, karena sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa filsafat pendidikan suatu bangsa itu adalah merupakan refleksi daripada filsafat hidup bangsa itu sendiri.
Dasar pendidikan Islam dapat dibedakan kepada: (1) Dasar ideal, (2) Dasar operasional.

B. DASAR IDEAL PENDIDIKAN ISLAM
Dasar ideal pendidikan Islam adalah identik dengan ajaran Islam itu sendiri Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Qur'an dan Hadits. Kemudian dasar tadi dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk:


1.Al-Qur’an
Umat sebagai suatu umat yang dianugrahkan Tuhan suatu kitab suci Al-Qur'an yang lengkap dengan segala petunjuk yang mehputi seluruh aspek kehidup dan bersifat universal, sudah barang tentu dasar pendidikan mereka adaf bersumber kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada Al-Qur'an. Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Qur'an sebagai dasar pendidikan Islam samping Sunnah beliau sendiri.
Kedudukan Al-Qur'an sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Qur'an itu sendiri. Firman Allah: Artinya: "Dan kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) ini melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat hagi kaum yung beriman." (Q.S.Al-Nahl:64). Selanjutnya firman Allah SWT: Artinya: "Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperlihatkan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran". (Q.S. Shad: 29) Sehubungan dengan masalah ini, Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan sebagai berikut: "Pada hakekatnya Al-Qur'an itu adalah merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. la pada umumnya adalah merupakan Kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian).
Begitu pula Al-Nadwi mempertegas dengan menyatakan bahwa pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah bersumberkan kepada aqidah Islamiyah. Menurut beliau lagi, sekiranya pendidikan umat Islam itu tidak didasarkan kepada aqidah yang bersumberkan kepada Al-Qur'an dan Al-hadits, maka pendidikan rtu bukanlah pendidikan Islam, tetapi adalah pendidikan asing.

2. Sunnah (Hadist)
Dasar yang kedua selain Al-Qur'an adalah Sunnah Rasulullah. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan hidup sehari- hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya. Firman Allah SWT. Artinya: "Di dalam diriRasuluttah itu kamu bisa menemukan teladan yang baik..."(Q.S.Al-Ahzab:21). Nabi mengajarkan dan mempraktekan sikap dan amal baik kepada istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti yang dipraktek-kan nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain. Perkataan atau perbuatan dan ketetapan nabi inilah yang disebut hadits atau sunnah. Konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
1). Disampaikan sebagai rahmatan lil'alamin (Q.S. Al-Anbiya': 107)
2). Disampaikan secara universal (Q.S.)
3). Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (Q.S. Al-Hajr: 9)
4). Kehadiran, nabi sebagai evaluator atau segala aktifitas pendidikan (Q.S. Al-.. Syura: 48)
5). Perilaku nabi sebagai figur identifikasi (uswah hasanah) bagi umatnya (Q.S.. Al-Ahzab:21).
Adanya dasar yang kokoh ini terutama Al-Qur'an dan Sunnah, karena keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup dan kehidupan sudah mendapat i jaminan Allah SWT dan Rasul-Nya. Firman Allah SWT: Artinya: "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Q.S. Al-Baqarah : 2) Sabda Rasulullah SAW: Artinya: "Kutinggalkan kepadamu dua perkara (pusaka) tidaklah kamu akt tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepac keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. (H.R. Bukhari d; Muslim). Prinsip menjadikan Al-Qur'an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. Lebih dari kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti sejarah. Dengan demikian barangkali wajar jika kebenaran itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan Allah SWT dala Al-Qur'an. Firman Allah SWT: Artinya: "Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan kepadanya petunjuk ba( mereka bertaqwa". (Q.S. Al-Baqarah : 2). Kebenaran yang dikemukakan-Nya mengandung kebenaran yar hakiki, bukan kebenaran spekulatif dan relatif. Hal ini sesuai dengan jamim Allah SWT. Firman Allah SWT: Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkun Al-Qur'an dan sesungguhn) Kami tetap memeliharanya". (Q.S. Al-Hajr: 9) Al-Qur'an dan Sunnah disebut sebagai dasar pokok.

3. Perkataan, Perbuatan dan Sikap para Sahabat

Pada masa Khulafa al-Rasydin sumber pendidikan dalam Islam suda mengalami perkembangan. Selain Al-Qur'an dan Sunnah juga perkataan sikap dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka dapat diperpegangi karena Allah sendiri di dalam Al-Qur'an yang memberikan pernyataan. Firman Allah: Artinya: "Orang-orangyang terdahulu lagi pertama-tama masuk Islam diantar orang- orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikutiI mereka dengan baik Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menjadikan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal didalamnya. Itulah f kemenangan yang besar", (Q.S. Al-Taubah : 100) Firman Allah SWT: Artinya: "Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang yang benar." (Q.S. Al-Taubah : 119) didalam sejarah mencatat perkataan sikap sahabat-sahaba tersebut yang dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam Islam di antaranya adalah:
a. Setelah Abu Bakar dibai'at menjadi khalifah ia mengucapkan pidato sebagai berikut: "Hai manusia, saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal; aku bukan orang terbaik di antara kamu. Jika aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutilah aku. Tetapi jika aku berbuat salah, betulkanlah aku, orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah sehingga aku dapat mengambil hak dari padanya, sedangkan orang yang kamu pandang lemah aku pandang kuat sehingga aku dapat mengembalikan haknya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi jika aku tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya, kamu tak perlu mentaati aku. Menurut pandangan Nazmi Luqa, ungkapan Abu Bakar ini mengandung arti bahwa manusia harus mempunyai prinsip yang sama di hadapan Khaliknya. Selama baik dan lurus ia harus diikuti, tetapi sebaliknya (kalau ia tidak lurus dan baik) manusia harus bertanggungjawab membetulkannya.
b. Umar bin Khatab terkenal dengan sifatnya yang jujur, adil, cakap, berjiwa demokrasi yang dapat dijadikan panutan masyarakat. Sifat-sifat Umar ini disaksikan dan dirasakan sendiri oleh masyarakat pada waktu itu. Sifat-sifat seperti ini sangat perlu dimiliki oleh seorang pendidik, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai pedagogis dan teladan yang baik yang harus ditiru. Muhammad Salih Samak menyatakan bahwa contoh teladan yang baik dan cara guru memperbaiki pelajarannya, serta kepercayaan yang penuh kepada tugas, kerja, akhlak dan agama adalah kesan yang baik untuk sampai kepada matalamat pendidikan agama.
c. Usaha-usaha para sahabat dalam pendidikan Islam sangat menentukan bagi perkembangan pendidikanjslam sampai sekarang di antaranya: 1) Abu Bakar melakukan modifikasi Al-Qur'an; 2) Umar Bin Khatab sebagai bapak reaktuator terhadap ajaran Islam yanj dapat dijadikan sebagai prinsip strategi pendidikan; 3) Usman Bin Affan sebagai bapak pemersatu sistematika penuhsan ilmial melalui upaya mempersatukan sistematika penuhsan Al-Qur'an; 4) Ali Bin Abi Thalib sebagai perumus konsep-konsep pendidikan.
Menurut Fazlur Rahman, para sahabat Nabi memiliki karakteristik yang berbeda dalama kebanyakan orang. Karekteristik yang berbeda itu di antaranya:
a. Sunnah yang dilakukan para sahabat tidak terpisah dari sunnah Nabi; b. Kandungan yang khusus yang aktual sunnah sahabat sebagian besar produl sendiri;
c. Unsur kreatif dari kandungan merupakan ijtihad personal yang mengalam kristalisasi menjadi ijma' berdasarkan petanjuk Nabi terhadap sesuatu yan| bersifat spesifik;
d. Praktek amah'ah sahabat identik dengan ijma'.

4. Ijtihad
Setelah jatuhnya kekhahfahan Ali Bin Abi Thalib berakhir masa pemerin tahan Khulafaur Rasyidun dan digantikan oleh Dinasti Ummaiyah. Pada mas ini Islam telah meluas sampai ke Afrika Utara, bahkan ke Spanyol. Perluasa daerah kekuasaan ini diikuti oleh ulama dan guru atau pendidik. Akibatny terjadi pula perluasanjusat-pimrpendidikan yang tersehar di kota-kota besar seperti:
(1) Makkah dan Madinah (Hijaz); (2) Basrah dan Kuffah (Iran); (3) Damsyik dan Palestina; (4) Fustat (Mesir). Dengan berdirinya pusat-pusat pendidikan di atas, berarti telah terjadi perkembangan baru dalam masalah pendidikan; sebagai akibat interaksi nilai-nilai budaya daerah yang ditaklukkan dengan nilai-nilai Islam. Ini berarti perlunya pemikiran yang mendalam tentang cara mengatasi permasalahannya yang timbul. Pemikiran yang seperti itu disebut "ijtihad".
Agaknya Al-Auza'i, Abu Hanafiah, dan Imam Malik sebagai imam-imam mujtahid yang telah ada pada waktu itu, merasa perlu untuk memecahkan permasalahan yang timbul sebagai akibat interaksi-interaksi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang berbeda tersebut dengan menggunakan ijtihad. Dengan demikian ijtihad dapat dijadikan sebagai sumber pendidikan, karena sesuai dengan hikmah Islam.
Karena Al-Qur'an dan Hadits banyak mengandung arti umum, maka para ahli hukum dalam Islam menggunakan "ijtihad" untuk menetapkan hukum tersebut. Ijtihad inii terasa sekali kebutuhannya setelah wafatnya Nabi SAW. Dan beranjaknya Islam mulai keluar dari tanah Arab, karena situasi dan kondisinya banyak berbeda dengan di tanah Arab. Majelis muzakarah Al-Azhar menetapkan bahwa ijtihad adalah jalan yang dilalui dengan semua daya dengan kesungguhan yang diwujudkan oleh akal melalui ijma', qiyas, istihsan dengan zhan (mendekati keyakinan) untuk mengistinbathkan hukum dari pada dalil-dalil Al- Qur'an dan Al-Sunnah untuk menentukan batas yang ditentukan.
Para fuqaha' mengartikan ijtihad dengan berpikir menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmu syariat Islam dalam hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur'an dan Hadits, penetapan hukum dilakukan dengan ijtihad. Dari kutipan di atas dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksud dengan ijtihad adalah penggunaan akal pikiran oleh fuqaha'- fuqaha' Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam Al-Qur'an d hadist dengan syarat-syarat tertentu. Ijtihad dapat dilakukan dengan ijm qiyas, istihsan, mashalih murshalah dan lain-lain.
Ijtihad dalam penggunaannya dapat meliputi seluruh aspek ajaran Islai termasuk juga aspek pendidikan. Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran Isla yang terdapat dalam Al-Quran dan Al-Sunnah, hanya berupa prinsip-prinsip pokok saja. Bila ternyata ada yang agak terinci, maka rincian itu merupakan contoh Islam dalam menerapkan prinsip pokok tersebut. Sejak diturunkan ajar; Islam kepada Nabi Muhammad SAW sampai sekarang, Islam telah tumbuh d; berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kond sosial yang tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubah; situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula.
Dengan demikian untuk melengkapi dan merealisir ajaran Islam itu memai sangat dibutuhkan ijtihad, sebab globalisasi dari Al-Qur'an dan Hadits belu menjamin tujuan pendidikan Islam akan tercapai. Usaha ijtihad para ahli dalam merumuskan teori pendidikan Islam dipandai sebagai hal yang sangat penting bagi pengembangan teori pendidikan pa< masa yang akan datang, sehingga pendidikan Islam tidak melegitimasi stati quo serta tidak terjebak dengan ide justifikasi terhadap khazanah pemikin para orientalis dan sekuleris. Allah sangat menghargai kesungguhan para mujtah dalam berijtihad. Sabda Rasulullah SAW: "Apabila hakim telah menetapkan hukum, kemudian dia berijtihb dan ijtihadnya itu benar, maka baginyaduapahala, akan tetapiapabi* ia berijtihad dan ternyata ijtihadnya salah, maka baginya satupahal (H.R. Bukhari Mushm dan Amr bin Ash) Al-Qur'an dan Hadits disebut dasar pokok, sedangkan sikap dan perbuatan Para sahabat serta ijtihad disebut sebagai dasar tambahan. Dasar tambahan dapat dipakai selama tidak bertentangan dengan dasar pokok.

C. DASAR OPERASIONAL PENDIDIKAN ISLAM
Dasar operasional merupakan dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Menurut Langgulung, dasar operasional dapat dibagi kepada enam macam.



1. Dasar Historis
Dasar yang memberikan persiapan kepada pendidik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu, berupa undang-undang dan peraturan-peraturannya maupun berupa tradisi dan ketetapannya.
2. Dasar Sosiologis
Dasar berupa kerangka budaya dimana pendidikannya itu bertolak dan bergerak, seperti memindahkan budaya, memilih dan mengembangkannya.
3. Dasar Ekonomis
Dasar yang memberi perspektif tentang potensi-potensi manusia, keuangan, materi, persiapan yang mengatur sumber keuangan dan bertanggung jawab terhadap anggaran pembelanjaan.
4. Dasar Politik dan Administrasi
Dasar yang memberi bingkai ideologi (akidah) dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang didta-citakan dan rencana yang telah dibuat.
5. Dasar Psikologis
Dasar yang memberi informasi tentang watak peserta didik, pendidik, metode yang terbaik dalam praktek, pengukuran dan penilaian bimbingan dan penyuluhan.
6. Dasar Filosofis
Dasar yang memberi kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sistem yang mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. PENDAHULUAN
Pandangan "objective oriented" (berorientasi pada tujuan) mengajarkan bahwa tugas guru yang sesungguhnya bukanlah mengajarkan ilmu atau kecakapan tertentu pada anak didiknya saja, akan tetapi juga merealisir atau mencapai tujuan pendidikan. Istilah tujuan atau "sasaran" atau "maksud", dalam bahasa Arab dinyatakan dengan ghayat atau ahdaftim maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah "tujuan" dinyatakan dengan "goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas.
Tujuan itu sendiri, menurtit Zakiah Daradjat, adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M. Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada yang kuasa (Allah) yang terletak suatu iarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu. Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu berpusat pada usaha atau perbuatan yang dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu. Upaya untuk memformulasi suatu bentuk tujuan, tidak terlepas dari pandangan masyarakat dan nilai yang dianut pelaku aktifitas itu. Maka tidaklah mengherankan jika terdapat perbedaan tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing manusia, baik dalam suatu masyarakat, bangsa maupun negara, karena perbedaan kepentingan yang ingin dicapai.





B. TAHAP-TAHAP TUJUAN
Abu Ahmadi mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan Islam meliputi:
1) Tujuan tertingi/terakhir
2) Tujuan Umum
3) Tujuan khusus
4) Tujuan Sementara

1. Tujuan Tertinggi/Terakhir
Tujuan mrbersjfatmutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Tuhan. Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah, yaitu:
a. Menjadi hamba Allah
Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadat kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya sedemikian rupa, sehingga semuaperibadatannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan kekhusu'an terhadap-Nya, melakukan seremoni ibadah dan tunduk senantiasa pada syari'ah dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang dijadikan tujuan pendidikan itu diambilkan dari Al Quran. Firman Allah SWT: "DanAku (Allah) tidak menjadikanjin dan manusia melainkan untui menyembah-Ku". (Q.S. Al-Zhariat:56) Mengantarkan subjek didik menjadi khalifahfi al-Ardhjjpmg mamp memakmurkan bumi dan melestarikamyadarf lebih jauhlagi, mewujudka rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaannya, dan sebag; konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup. Firman Allah SWT: Artinya : "Ingatkanlah ketika Tuhan berfirman kepada para malaikat Sesungguhnya Aku bendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (Q.S. 2 : 20) Firman Allah SWT: Artinya: "Dialah yang menjadikan kamu kbalifah-khalifah di muka bum Barangsiapayang kaflr, maka (akibat) kekaflrannya menimpa dirinya Firman Allah SWT: Artinya:"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahm bagi semesta alam". (Q.S. Al-Anbiya' : 107)

c. Untuk memperoleh kesejahteraan,kebahagiaan hidup di dunia akhirat, baik individu maupun masyarakat. Selanjutnya Firman Allah SWT: Artinya:"Dan carilah apayang dianugerahkan AUah kepadamu (kebahagiaai kampung akhirat, danjanganlah kamu melupakan kebahagiaan da (kenikmatan) duniawi". (Q.S. Al-Qashash : 77) Firman Allah SWT: Artinya: "Dan di antara mereka ada orangyang mendo 'a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan dunia dan kebaikan akhirat dan peliharalah kami dart siksa neraka. Mereka itulah orang-orang yang dapat bahagia dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepatperhitungannya". (Q.S. Al-Baqarah:21) Sabda Rasulullah SAW: Artinya: "Bekerjalah untuk urusan dunia seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya, dan bekerjalah untuk urusan akhirat seolah-olah engkau akan mati esok hari", (Al-Hadits) Ketiga tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena pencapaian tujuan yang satu memerlukan pencapaian tujuan yang lain, bahkan secara ideal ketiga-tiganya harus dicapai secara bersama melalui proses pencapaian yang sama dan seimbang.
Ketiga tujuan tertinggi tersebut, berdasarkan pengalaman sejarah hidup manusia dan dalam pengalaman aktifitas pendidikan dari masa ke masa, belum pernah tercapai seluruhnya, baik secara individu maupun sosial. Apalagi yang disebut kebahagiaan dunia dan akhirat, kedua-duanya tidak mungkin diketahui tingkat pencapaiannya secara empirik. Namun demikian, perlu ditegaskan sekah' lagi, tujuan tertinggi tersebut diyakini sebagai sesuatu yang ideal dan dapat memotivasi usaha pendidikan dan bahkan dapat menjadikan aktifitas pendidikan lebih bermakna.

2. Tujuan Umum
Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan filosofik, tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat jadikan ukuran karena menyangkut perubahan prinsip dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan menyangkut diri peserta didik secara total. Pendidikan adalah upaya untuk pengembangan potensi atau sumber daya insani berarti telah mampu merealisasikan din (self realisation), menampilkan sebagai pribadi vang utuh (pribadi muslim). Proses pencapaian realisasi tersebut dalam istilah psikologi disebut becoming, yakni proses menjadil diri dengan keutuhan pribadinya. Sedangkan untuk sampai pada pribadi diperlukan proses perkembangan tahap demi tahap yang disebut pro development. Tercapainya self realisation yang utuh itu merupakan tujuan umum pendidikan Islam yang proses pencapaiannya melalui berbagai lingkungan lembaga pendidikan, baik pendidikan keluarga, sekolah atau masyarakat secara formal, non formal maupun informal.
Salah satu formalasi dari realisasi diri sebagai tujuan pendidikan yang bers umum ialah rumusan yang disarankan oleh Konferensi Internasional Perta tentang pendidikan Islam di Mekah 8 April 1977 yang menyatakan bah pendidikan harus diarahkan untuk mencapai pertumbuhan keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh, melalui latihan jiwa, intelek, jiwa rasio perasaan, dan penghayatan lahir. Karena itu pendidikan harus menyiapi pertumbuhan manusia dalam segi spiritual, intelektual, imajinatif, jasmani ilmiah, linguistik, baik individu maupun kolektif, dan semua itu didaskan oleh motivasi mencapaii kebaikan dan perfeksi. Tujuan akhir pendidit muslim itu terletak pada (aktifitas) merealisasikan pengabdian kemanusk seluruhnya.
Kenyataan menunjukkan bahwa baik tujuan tertinggi/terakhir maupun tujuan umum, dalam praktek pendidikan boleh dikatakan tidak pernah tercapai sepenuhnya. Dengan perkataan lain, untuk mencapai tujuan tertinggi/terak itu diperlukan upaya yang tidak pernah berakhir, sedangkan tujuan umum "realisasi diri" adalah becoming, selama hayat proses pencapaiannya telah berlangsung. Dari sini dalam Islam dikenal konsep pendidikan sepanjang hayat, sesuai dengan hadits Nabi: "Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke Hang lahat Di samping itu dalam pendidikan Islam berlaku pula konsep pendidik manusia seutuhnya. Dengan demikian bukan apologi bila dikatakan bahwa kondisi tersebut mendahului konsep yang dewasa ini populer dengan sebutan long life education.

3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ialah pengkhususan atau operasionalisasi tujuan tertinggj/ terakhir dan tujuan umum (pendidikan Islam), Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu sesuatu dengan tuntutan dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat di jelaskan dasarkan pada:
a. Kultur dan cita-cita suatu bangsa
Setiap bangsa pada umumnya memih'ki tradisi dan budaya sendiri-sendirij Perbedaan antara berbagai bangsa inilah yang memungkinkan sekali adanyal perbedaan cita-citanya. Sehingga terjadi pula perbedaan dalam merumuskan tujuan yang dikehendakinya di bidang pendidikan.

b. Minat, Bakat, dan Kesanggupan Subyek Didik
Islam mengakui perbedaan individu dalam hal minat, bakat, dan kemampuan. Hal itu bisa dilihat dari keterangan-keterangan Al-Qur’an Al-Karim. Firman Allah SWT: Artinya:
"Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih berjalannya".Untuk mencapai prestasi sebagaimana yang diharapkan, kesesuaian tujuan khusus dengan minat, bakat, dan kemampuan subyek didik yang menentukan.
c. Tuntuan Situasi,Kondisi pada Kurun Waktu Tertentu
Apabila tujuan khusus pendidikan tidak mempertimbangkan faktor situasi
dan kondisi pada kurun waktu tertentu, maka pendidikan akan memiliki daya guna sebagaimana minat dan perhatian subyek didik pertimbangan ini sangat penting terutama bagi perencanaan pendidikan. Mereka harus mengantisipasi masa depan.

4 Tujuan Sementara
Menurut ZakiahDaradjat, tujuan sementara itu merupakan tujujn yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman Jertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Lebih lanjut dikatakan bahwa, tujuan operasional dalam bentuk tujuan pembelajaran yang dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda. Dalam tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah barangkali perbedaan yang mendasar tujuan dengan pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya.
C. BEBERAPA RUMUSAN TUJUAN MENURUT AHLI DIDIK ISLAM

1. Ibnu Khaldun menyatakan: Bahwa tujuan pendidikan Islam mempunyai^dua tujuan, yaitu:
(1) Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan keatasnya.
(2) lujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.
2. Selanjutnya Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurna insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.
3. Saleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Najid, mengatakan, bahwa tujua pendidikan Islam, adalah: untuk mendapatkan keridhaan Allah da mengusahakan penghidupan.
4. Menurut Mustafa Amin, bahwa tujuan umum pendidikan Islam, ada mempersiapkan seseorang bagi amalan dunia dan akhirat.
5. Al-Abrasyi, merumuskan tujuan umum pendidikan Islam ke dalam pokok, yaitu:
(1) Pembentukan akhlak mulia (al-fadhilat);
(2) Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat;
(3) Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi per faatannya. Keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat memba manusia kepada kesempurnaan;
(4) Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan unti mengetahui serta memih'ki kesanggupan untuk mengkaji ilmu seke J sebagai ilmu;
(5) Mempersiapkan para pelajar untuk suatu profesi tertentu sehingga ii mudah mencari rezeki.
jAbdullah Fayat, MEngatakan bahwa pendidikan Islam mengarahkan pada dua tujuan:
(1) Persiapan untuk hidup akhirat, dan
(2) Membentuk perorangan dengan ihnu pengetahuan dan keterampil untuk menunjang kesuksesannya hidup di dunia.
Kalau kita perhatikan rumusan tujuan yang telah digariskan oleh para ; didik Islam tersebut maupun yang tertera dalam Al-Qur'an dan Hadits terny bahwa tujuan pendidikan Islam tersebut bukanlah sekedar mencari kesenanf duniawi atau materi semata, akan tetapi menyangkut masalah keduniawian i keukhrawian secara berimbang. Sikap seorang muslim terhadap kehidui duniawi adalah sikap dart seorang yang memandang bukan tujuan terakhir.
Tuiuan utama, puncak kebahagiaan dan kemajuan, ia menganggapnya hanyalah sebagai tahap penyeberangan yang harus dilalui dan sebagai jalan untuk mencapai keberuntungan terbesar abadi serta kenikmatan yang disenangi. Hasan Langgulung menyatakan bahwa kebahagiaan di dunia berlaku dalam bentuk terhindar dari segala yang mengacau dan mencelakakan hidup seperti penganiayaan, ketidak adilan, bala bencana, siksaan, huru hara, kezah'man, pemerasan dan segala macam penyakit dan bahaya. Kebahagiaan jenis ini diberikan kepada manusia yang beriman dan beramal shaleh. Sedangkan kebahagiaan akhirat berlaku dalam bentuk terhindar dari siksaan, baik di dalam kubur atau di akhirat sebelum dan sesudah menjalani pengadilan dan seterusnya untuk masuk surga. Dua sasaran yang akan dicapai oleh pendidikan Islam mengandung implikasi abadi dan positif. Abadi, karena tujuan akhir tersebut menembus dimensi ruang dan waktu, yaitu keselamatan di dua tempat dalam bentuk kesejahteraan yang universal tak terbatas oleh ruang lingkup geografis maupun isme-isme tertentu. Sedangkan positif karena tujuan yang akan dicapai itu senantiasa membimbing perkembangan potensi bawaan manusia sebagai makhluk jasmaniah dan rohaniah ciptaan Tuhan.
Hal ini sejalan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Firman Allah SWT Artinya: "Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi...". (Q.S. Al-Syuara': 77). Sabda Rasulullah SAW Artinya: "Bukan merupakan orang yang baik di antaramu, siapa yang meninggalkan dunia untuk keperluan akhiratnya dan bukan pula meninggalkan akhirat untuk keperluan keduniaan. Tetapi orang terbaik di antaramu ialah siapa yang mengambil dunia dan akhirat". (H.R. lurmuzi).
Kemungkinan-kemungkinan yang demikian jauh berbeda dengan tujuan yang akan dicapai oleh tujuan pendidikan hasil rancangan di dalam suatu negara. Kekurangan dari tujuan yang dilandasi oleh falsafah pendidikkan yang demikian itu menurut Langgulung mengarah kepada tujuan kebendaan, seperti yang terdapat di dalam tujuan pendidikan di negara kapitalis dan komunis. Implikasinya tujuan pendidikan di Amerika adalah untuk menciptakan warga negara yang pragmatis, dinegara komunis menciptakan warga negara Komunis marxis dan begitulah seterusnya. Kedua falsafah yang kita sebutkan di atas, sekah'pun nampaknya berbeda tapi serupa, yaitu bahwa kebahagian manusia hanya dapat diciptakan dengan memperbaiki keadaan ekonominya (materi). Golongan kapitah'sme beranggapan bahwa perbaikan ekonomi (materi) itu hanya dapat dalam suasana persaingan bebas di mana akan membawa kemajuan dan kemakmuran negara dan selanjutnya kemakmuran masyarakat termasuk individu yang ada di dalamnya. Sebaliknya golongan komunis beranggapan bahwa untuk memperbaiki ekonomi golongan terbesar rakyat, maka sumber-sumber produksi mestilah dipegang rakyat terbesar itu, yang tentunya tidak mungkin menjadi sebagian kecil saja dari golongan terbesar yang menamakan dirinya diktator proletariat, dengan demikian kekayaan dan kemakmuran dapat dinikmati oleh sebagian terbesar dari rakyat. Kedua falsafah ini nampaknya berbeda tetapi serupa dalam hasil akhirnya yang terlihat kebahagiaan manusia ini hanya dapat diciptakan bila keadaan materinya sudah cukup, atau dengan kata lain tujuan pendidikan di bawah Undungan falsafah itu adalah tujuan kebendaan.
Menurut Nurcholis Madjid, "Comunist Marxist" adalah penganut paham rasionalisme, sedangkan rasionalisme adalah suatu paham yang mengakui kemutlakan rasio sebagaimana dianut kaum komunis, maka seorang rasionalis adalah orang yang menggunakan akal pikiran dalam menemukan kebenaran. Akan tetapi kebenaran yang ditemukannya itu adalah kebenaran insaninya, yang karena itu merupakan sifat relatif bagi manusia. Kebenaran yang mutlak yang hanya dapat diketahui manusia melalui sesuatu yang lain lebih tinggi daripada rasio adalah wahyu, melahirkan agama-agama Tuhan melalui nabi-nabi.
Begitu pula dalam falsafah orang Eropa (Yunani) yang mendasarkan pendapatnya pada pendapat bahwa kesempurnaan masyarakat harmonis yang penuh keindahan serta keadilan bila dicapai dengan intelegensi, tanpa memerlukan bantuan kekuatan supernatural lain. Paham rasionalisme, materialisme, pragmatisme dalam modernisasi Barat berjalan dengan proses penyisihan terhadap dasar dan nilai-nilai agama akhirnya melahirkan sekularisme. Sekularisme adalah istilah yang dipakai untuk mengatakan suatu proses yang berlaku demikian rupa, sehingga orang, golongan atau masyarakat yang bersangkutan semakin berhaluan duniawi, artinya semakin beipaling dari agama, atau semakin berkurang memerlukan nilai-nilai atau norma yang dianggap kekal (agama).
Dengan kata lain sekularisme adalah suatu paham yang mengatakan bahwa Tuhan tidak berhak mengurusi masalah duniawi, masalah duniawi harus dengan cara lain, yang tidak datang dari Tuhan. Jadi sekularisme adalah faham tidak bertuhan. Tujuan pendidikan seperti disebutkan di atas jelas mengarah kepada tujuan kebendaan dan keduniaan semata; yang berbeda dengan tujuan pendidikan Islam yang menekan keseimbangan antara material dan spritual serta duniawi dan ukhrawi.

D. ASPEK-ASPEK TUJUAN
Aspek tujuan pendidikan Islam itu meliputi empat hal, yaitu: (1) tujuan jasmaniah (ahdafal-jismiyyah), (2) tujuan r'ohaniah (ahdaf al-ruhiyyah), (3) (ujuan akal (ahdaf al-aqliyyah), dan (4) tujuan sosial (ahdaf al-ijtima'iyyah). Masing-masing aspek tujuan tersebut akan diuraikan dibawah ini.

1. Tujuan Jasmaniah (Ahdaf al-Jismiyyab)
Tujuan Pendidikan perlu dikaitkan dengan tugas manusia selaku khalifah di muka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang bagus di samping rohani yang teguh. Dalam Hadits Rasulullah SAW bersabda: Artinya: "Orang mukmin yang kuat itu lebil) baik dan lebihjisayangi oleh Allah dai pada orang mukminyang lemah".Kata "kuat" dalam hadits di atas dapat diartikan dengan kuat secara iasm sesuai dengan firman Allah: Artinya: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan anugerahinya ilmuyang luas dan tubuhyang kuat perkasa". Dalam ayat di atas dikisahkan bahwa nabi dipilih oleh Allah menjadi karena ia pandai dan kuat tubuhnya untuk melawan talut yang terkenal bebadan besar seperti raksasa, namun Talut dapat mengalahkannya dengan perantaraan Daud yang melemparkanya dengan pertolongan Ali dapat merobohkan tubuh Djalut sehingga tewas. Jadi tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki keterampilan yang tinggi.

2. Tujuan Rohaniah (Ahdaf al-Ruhiyyah)
Kalau kita perhatikan, tujuan ini dikaitkan dengan kemampuan manusia menerima agama Islam yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai yang diajarkan-Nya dengan mengikuti keteladan Rasulullah saw, inilah tujuan rohaniah pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan rohaniah diarahkan kepada pembentukan akhlak mulia, yang ini oleh para pendidik modern Barat dikategorikan sebagai tujuan pendidikan yang oleh kebanyakan pemikir pendidikan Islam tidak disetujui istilah itu, karena akan memberikan kesan akan adanya tujuan pendidikan yang non Islam. Muhammad Qutb mengatakan bahwa tujuan pendidikan ruhiyyah mengandung pengertian "ruh" yang merupakan mata rantai pokok yang menghubungkan antara manusia dengan Allah, dan pendidikan Islam harus bertujuan untuk membimbing manusia sedemikian rupa sehingga ia selalu tetap berada di dalam hubungan dengan-Nya.

3. Tujuan Akal (Ahdaf al-Aqliyyah)
Selain tujuan jasmaniah dan tujuan rohaniah, pendidikan Islam juga memperhatikan tujuan akal. Aspek tujuan ini bertumpu gada pengembangan Ifltplggensia (kecerdasan) jang berada dalam otak. Sehingga mampu memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah di jagad raya ini. Seluruh alam ini bagaikan sebuah buku besar yang harus dijadikan obyek pengamatan dan renungan pikiran manusia sehingga daripadanya ia mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang dan makin mendalam. Firman Allah yang mendorong pendidikan akal banyak terdapat di dalam Al Qur'an tak kurang dari 300 kali. Kemudian melalaui proses observasi dengan panca indera, manusia dapat dididik untuk menggunakan akal kecerdasannya untuk meneliti, menganah'sis keajaiban ciptaan Allah di alam semesta yang berisi khazanah iknu pengetahuan yang menjadi bahan pokok pemikiran yang analitis untuk dikembangkan menjadi ilmu-ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam bentuk-bentuk teknologi yang semakin canggih. Proses intelektuahsasi pendidikan Islam terhadap sasaran pendidikannya berbeda dengan proses yang sama yang dilakukan oleh pendidikan non Islami, misalnya pendidikan sekuler di Barat. Ciri khas pendidikan yang dilaksanakan oleh pendidikan Islam adalah tetap menanamkan (menginternalisasikan) dan mentransformasikan nilai-nilai Islam seperti keimahan, akhlak dan ubudiyah serta mu'amalah ke dalam pribadi manusia didik.

4. TujuanSosial (Ahdaf al-Ijjtima'iyah)
Tujuan sosial ini merupakan pembentukan kepribadian yangt utuh dari roh, Jtubuh^danjkaLDi mana identitas individu di sini tercermin sebagai manusia yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk). Tujuan pendidikan sosial ini penting artinya karena manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi seyogyanya mempunyai kepribadian yang utama dan seimbang. Yang karenanya tidak niungkin manusia menjauhkan diri dari kehidupan bermasyarakat. Individu merupakan bagian integral dari anggota kelompok di da masyarakat atau keluarga, atau sebagai anggota keluarga dan pada waktu i sama sebagai anggota masyarakat. Kesesuaiannya dengan cita-cita sosial diper dari individu-individu. Maka persaudaraan dianggap sebagai salah satu konsep sosial dalam Islam yang menghendaki setiap individu memperluli individu lainnya dengan cara-cara tertentu.
Keserasian antara individu dan masyarakat tidak mempunyai sifat kontr antara tujuan sosial dan tujuan individual. "Aku" adalah "kami", merup pernyataan yang tidak boleh berarti kehilangan "aku"-nya. Pendidikan men beratkan perkembangan karakter-karakter yang unik, agar manusia ma beradaptasi dengan standart masyarakat bersama-sama dengan cita-cita; ada padanya. Keharmonisan yang seperti inilah yang merupakan karakteris pertama yang akan dicari dalam tujuan pendidikan Islam.
Oleh karena itu aspek sosial haruslah mendapatkan perhatian dengan pot yang cukup di dalam pendidikan Islam, agar peserta didik mampu dan pand menempatkan diri pada lingkungannya, tolong-menolong dan saling memba dengan masyarakatnya, sekaligus menyadari bahwa dirinya tidak mungkin hidu sendiri tanpa bantuan dari yang lain. Yang dengan demikian, seorang musli atau peserta didik, akan dapat diterima oleh masyarakatnya, dan ia bisa ten dan hormanis hidup di tengah-tengah masyarakat. Dalam pendidikan Islam baik proses maupun hasil belajar selalu inter dengan keislaman; keislaman melandasi aktifitas belajar, menafasi peruba yang terjadi serta menjiwai aktivitas berikutnya. Secara skematis belajar kerangka pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai berikut:


Keseluruhan proses belajar berpegang pada prinsip-prinsip Al Qur'an dan Sunnah serta terbuka untuk unsur-unsur luar secara adaptif yang ditilik dari persepsi keislaman. Perubahan ketiga domain yang dikehendaki Islam adalah perubahan yang dapat menjembatani individu dengan masyarakat dan dengan Khalik (hablmin Allah wa hablmin al-Nas) tujuan akhir berupa pembentukan orientasi secara menyeluruh sesuai dengan kehendak Hihan (bermaksud ibadah) dan konsisten dengan kehalifannya.
Keluaran (out put) secara utuh harus mencerminkan adanya Pola orientasi ibadah.

0 komentar:

Cari Info lainnya di sini :

Gabung Yuk ...

Related Post :

Technology in Education from MagPortal.com